ARAB Saudi bukan saja menjadi negara tempat tujuan jemaah untuk melaksanakan ibadah haji, tapi juga destinasi wisata muslim dunia. Selain, tempat wisata yang menarik, negeri padang pasir ini juga mempunyai makanan khas yang dapat menjadi sarana wisata kuliner.
Makanan berat yang biasanya menjadi makanan khas negeri padang pasir biasanya menjadi kecintaan siapapun yang memakannya. Bisa jadi jemaah haji yang berasal dari mancanegara pun jatuh hati pada kuliner khas Arab ini.
BACA JUGA: 4 Kuliner Halal Khas Singapura, Rekomendasi buat Muslim Travelers
Berikut ini daftar makanan berat yang dapat dinikmati jemaah haji di Tanah Suci:
Nasi Bukhari
Nasi bukhari adalah kenangan yang paling banyak dibincangkan jemaah haji ketika sudah kembali ke Tanah Air. Sebab, nasi inilah yang paling banyak dijual di rumah makan dan dijadikan sebagai hidangan alternatif saat malas memasak di pemondokan. Satu porsi nasi bukhari harganya 5 riyal dan cukup untuk dimakan dua atau tiga orang calon haji Indonesia. Yang membedakannya dengan nasi khas Indonesia adalah bentuknya yang ramping dan panjang. Cara memasaknya pun berbeda karena banyak dicampur dengan rempah, santan dan minyak.
Nasi Biryani
Tidak banyak berbeda dengan nasi bukhari, jenis nasi biryani ini hanya memiliki sedikit perbedaan pada rasanya yang sedikit gurih dan warna yang lebih putih dibanding dengan nasi bukhari yang berwarna kuning kecoklatan. Harga keduanya pun sama. Penyajian nasi biryani dan nasi bukhari ini biasanya dilengkapi dengan kismis, kapulaga, dan cengkeh yang tercampur dalam sepiring gunungan nasi.
Daging Ayam
Di Tanah Suci, daging ayam lah yang sebenarnya menjadi makanan pokok di sana. Di Arab Saudi masakan ayam ini mendominasi. Mulai dari ayam panggang, goreng hingga yang berkuah. Masakan ayam disajikan dengan 70 persen daging ayam dan 30 persen roti atau kentang. Namun, banyak dari masyarakat Arab yang jarang memakan roti dan kentangnya karena memang makanan mereka daging ayam tanpa pelengkap.Nah, di Tanah Suci jemaah haji dapat merasakan berbagai masakan ayam yang diolah dengan resep sesuai selera Arab ini. Diantaranya adalah syawayah atau ayam panggang, broast atau ayam goreng, dan dujaj bil maraq atau sup ayam.
Daging Kambing
Setelah ayam, daging kambing menjadi makanan favorit kedua mengalahkan daging unta yang berserat besar dan keras. Penduduk sekitar terbiasa membeli seekor kambing, menyembelihnya dan menyimpan di dalam pendingin untuk dimakannya sehari-hari. Daging kambing paling sering diolah menjadi kebab atau semacam sate dan mandi atau kambing yang dimasak bersamaan dengan nasi.
BACA JUGA: Arab Street, Surga Kuliner di Singapura
Daging Unta
Kendati berasal dari jazirah Arab, daging unta bukan lah makanan favorit di negeri padang pasir itu. Seratnya yang besar dan keras membuat banyak orang enggan mengkomsumsinya. Terlebih jika juru masaknya tidak cukup mahir dalam mengolahnya menjadikan bau dagingnya sangat menganggu selera makan. Namun, menu makanan bernama mathghuth hasyi yang merupakan olahan daging unta bisa bikin jemaah haji Indonesia tergoda untuk mencicipinya. Mathghuth adalah jenis nasi yang dimasak menggunakan rempah rempah pilihan dan juga daging yang dimasak dalam satu bejana.
Roti
Sekalipun porsinya sebagai makanan pokok disebut telah tergeser dengan merebaknya daging ayam, namun roti tetaplah menjadi makanan yang merakyat. Hampir setiap pagi ba’da shubuh para bapak akan menyempatkan diri berbelanja kebutuhan sarapan pagi untuk keluarganya di toko roti. Makanan ini rupanya tetap menjadi primadona bagi penduduk Arab. Diantara banyaknya jenis roti yang dijual di tengah toko, hanya satu yang spesial yaitu tamis. Roti tamis berbentuk bundar dengan diamter kurang lebih 30 cm dan ketebalan lebih dari 1 cm. Permukaannya berwarna coklat karena dimasak dalam tungku besar. Untuk mendapatkan roti ini cukup mudah karena hampir disetiap jalan, jemaah haji juga bisa mendapati makanan rakyat ini dengan mudah. []
Sumber: Menjadi Menjadi Muthawif Anda di Tanah Suci/ Karya Rafiq Jauhary