KEYAKINAN kepada Allah Ta’ala akan menentukan kualitas amal dan kebahagiaan kita. Semakin dalam keyakinan kita kepada Allah, semakin berkualitas pula amal dan kebahagiaan hidup kita. Sebaliknya, ketika seseorang merasa hidupnya tidak nyaman, resah dan gelisah, maupun sulit ikhlas dalam beramal, dia patut bertanya kepada dirinya sendiri tentang keyakinannya kepada Allah Ta’ala. Harap dan takutnya pasti kepada selain Dia.
Jadi, keyakinan kepada Allah kuncinya adalah raja’ (harap) dan khauf (takut). Semakin berharap dan takut kepada makhluk dan duniawi, semakin tidak tenang hati. Ketika beramal pun menjadi tidak ikhlas.
BACA JUGA: Riya dan Ikhlas
Adapun keikhlasan dan kebahagiaan adalah saat lepasnya hati dari makhluk, benda, dan aneka perhiasan duniawi yang memenuhinya.
Agar bisa berharap dan takut kepada Allah, Imam Ibnu Atha’illah mengungkapkan da|am al Hikam (No.160) bahwa, ”Apabila engkau ingin dibukakan oleh Allah pintu harapan, perhatikan kebesaran nikmat dan rahmat Allah yang melimpah kepadamu. Dan, apabila engkau Ingin, dibukakan pintu takut, perhatikan lah amal perbuatanmu terhadap Allah.”
Apakah sebelum lahir ke dunia kita berpesan supaya dilahirkan sebagai manusia? Pastinya tidak. Lalu mengapa wujud kita sekarang bukan seekor binatang atau sebatang pohon? Semua terjadi karena karunia Allah Ta’ala. Kita pun tidak pernah kehabisan pulsa untuk bernapas. Maka, sering-seringlah mengingat apa-apa yang telah diberikan Allah kepada kita agar pintu harapan terbuka hanya kepada-Nya. Semakin senang melihat kebaikan Allah, semakin ingin kita menghamba kepada-Nya.
Dengan mengingat limpahan kebaikan Allah Ta’ala, kita seharusnya dapat menyadari dosa-dosa yang sudah diperbuat. Berapakah ukuran perut saudara dan apakah ukuran itu dapat memuat seluruh uang yang kita miliki? Kalau kita mengumpulkan harta untuk hari tua kelak. apakah mustahil setelah membaca tulisan ini, kita tiba-tiba meninggal? Tidak mustahil. Semua bisa menjadi mungkin apabila AllahTa’ala berkehendak. Maka, semakin banyak melihat pengkhianatan kita kepada Allah Ta’ala akan semakin tumbuh rasa takut kita kepada-Nya.
Sungguh, orang yang tidak pernah melihat limpahan kebaikan Allah kepadanya dan tidak ingat terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan, dia tidak akan bisa menikmati nikmatnya iman. Hidupnya akan hampa dan suram. Amalnya hanya untuk mengharapkan pujian dan penghargaan, takut tidak dicintai dan dipandang buruk oleh makhluk. Hidupnya hanya sibuk untuk mencari dunia yang tidak kekal.
BACA JUGA: Shalat Tanpa Rasa Ikhlas, Apa Dampaknya?
Saudaraku, harap dan takut kepada Allah Ta’ala merupakan kunci dalam bertafakur. Ingatlah selalu limpahan karunia dari Allah yang tiada bertepi yang setiap saat terus kita nikmati. Padahal, amal kita sangat sedikit dan jauh dari kata sempurna. Dengan begitu, kita dapat menikmati indah dan manisnya iman.
“Apabila engkau ingin dibukakan oleh Allah pintu harapan, perhatikan kebesaran nikmat dan rahmat Allah yang melimpah kepadamu. Dan, apabila engkau ingin dibukakan pintu takut, perhatikanlah amal perbuatanmu terhadap Allah.” (Ibnu Atha’illah, al-Hikam). []
SUMBER: KH ABDULLAH GYMNASTIAR