Oleh: Ummu Zayta
RUMAH tangga siapa yang bisa bebas dari masalah? Masalah anak, ekonomi, kepribadian, sering cekcok, jengkel, saling menuntut hak, berbeda pendapat, cemburu dan seterusnya.
Semua itu tak bisa lepas dari pengelolaan peran dan naluri masing-masing anggota keluarga. Ketika pemenuhan naluri terutama “fitrah” tidak dipenuhi sesuai tuntunan maka wajar akan terus terkikis hingga berujung perpecahan.
Ketika peran istri sebagai penanggung jawab rumah diambil alih oleh suami atau sebaliknya peran suami sebagai pencari nafkah diambil alih oleh istrinya. Maka tak heran bila kemudian timbul kegelisahan dan emosional yang tak terkontrol.
BACA JUGA:Â Pembelanjaan Keluarga Muslim, Begini Aturannya (1)
Begitupun fitrah sebagai anak -yang masih balita- selayaknya mereka butuh dilayani seperti raja, yang tidak tahu benar salah, berbuat sesukanya malah selalu menjadi sasaran pelampiasan orang tuanya.
Apa yang terjadi? Istri tergerus fitrahnya, yang seharusnya penuh dengan kelembutan, sosok yang ngademin berubah menjadi sosok monster yang ditakuti. Suami hilang fitrahnya, seharusnya sebagai pengayom keluarga, sosok yang disegani dan bijaksana berubah menjadi sosok yang direndahkan.
Anak terkikis fitrahnya, seharusnya selalu bahagia dan ceria tumbuh menjadi anak yang murung dan tertekan.
Jangankan bicara rumah tangga manusia biasa, rumah tangga Nabi mulia saja tak lepas dari itu. Namun hal itu datang adalah sebagai ujian karena beliau juga manusia ataupun menjadi pelajaran buat umatnya, bagaimana mereka harus bersikap dan mencari solusi.
Sebab beliau adalah sosok yang selalu diteladani, termasuk ketika menjalankan mahligai rumah tangga.
Tak ada sesuatupun yang si-sia di sisi Allah. Semua sarat akan makna dan hikmah. Hidup berumahtangga harus siap dengan senjata. Senjata itu akan bisa berguna atau menjadi bumerang bagi kita.
Senjata itu adalah Iman, amal dan do’a. Semakin penghuninya menjalankan ketaatan, melakukan semua aturan Allah serta mendekat kepadaNya semakin bertambah imannya semakin sakinah di dalam rumah tangganya.
Semakin jauh dari Allah dan sering melanggar aturanNya semakin sulit keluar dari masalah. Semakin jauh dari kata sakinah.
BACA JUGA:Â Kisah Keluarga Muslim AS Temukan Hidayah dari Jalan yang berbeda-beda
Perkara yang paling penting bagi manusia yang tempatnya dosa adalah mau tidak mau, sengaja atau tidak, sadar atau tidak sadar terhalanginya dari kebaikan adalah sebab dosa yang belum ditaubati.
Ada perkara yang harus diperhatikan, ada perbuatan yang harus diperbaiki dan ada pemahaman yang harus segera diganti. Sulit? Pahit? Memang iya. Allah lah sebaik-baik penolong dan penguat.
Lakukan apa yang membuatmu dekat denganNya atau lepaskanlah bila itu akan menjauhkanmu dariNya.
Allahu musta’aan..
Wallahu a’lam bi showab. []