Oleh: Lilik Yani
Rasulullah saw bersabda: “Haji adalah Arafah”. (Mutaffaq ‘alaihi)
Hari ini, tanggal 9 Dzulhijjah. Ketika seluruh jama’ah haji bergerak menuju padang Arafah untuk menunaikan wukuf. Di mana wukuf di padang Arafah adalah bagian dari rukun haji yang wajib dilakukan. Tanpa wukuf maka ibadah haji yang dilakukan tidak sah.
Makna wukuf adalah berhenti atau diam. Jadi para jamaah haji berdiam diri di padang Arafah untuk melakukan perenungan dan muhasabah diri atas segala aktivitas yang sudah dilakukan selama hidup di dunia ini. Apakah sudah menjalankan semua perintah Allah dengan baik, atau masih banyak melanggar aturan Allah.
Jika masih banyak amalan atau perintah Allah yang belum ditunaikan dengan benar, dan masih banyak melakukan kesalahan, maka saat wukuf inilah menjadi kesempatan yang bagus untuk bertaubat memohon ampunan kepada Allah. Sekaligus membangun komitmen untuk memperbaiki diri agar hari esok lebih taat kepada Allah.
BACA JUGA: Arafah Diguncang Badai, Satu Tenda Roboh
Bersyukurlah bagi mereka yang diberi kesempatan oleh Allah bisa datang ke tanah suci untuk menjalankan ibadah Haji. Dan pada kesempatan ini bisa bersama-sama saudara muslim dari berbagai penjuru dunia, berkumpul di padang Arafah untuk menunaikan wuquf. Saat ini puncaknya ibadah Haji. Maka manfaatkan dengan sebaik mungkin karunia Allah itu.
Sementara kami yang belum dipanggil Allah untuk datang menjadi tamu-Nya, maka kita dianjurkan untuk melakukan puasa Arafah di negerinya masing-masing. Selain puasa kita juga dianjurkan untuk melakukan perenungan sebagaimana para tamu Allah yang sedang menjalankan wukuf di Arafah.
Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Kita bisa muhasabah diri atas semua amalan yang sudah kita lakukan selama ini, Apakah kita sudah beramal sesuai hukum Allah atau kita masih beramal mengikuti kata orang, atau mengikuti tradisi nenek moyang dulu? Apakah kita masih bermalas-malasan dalam beribadah, karena masih sibuk dengan urusan dunia?
Ya Allah, ampunilah kami yang selama ini masih banyak melakukan pelanggaran atas hukum yang sudah Engkau tetapkan. Kami beribadah dengan malas dan suka menunda-nunda. Sekalinya ibadah, kami menjalankannya dengan berat hati, hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja.
Yaa Allah, ampunilah kami, yang kurang memahami ilmu syariat dengan benar. Hingga kami beribadah tanpa ilmu. Kami menjalankan ibadah karena ingin dipandang sebagai orang alim. Kami beribadah karena mengikut tradisi nenek moyang dahulu, tanpa mengklarifikasi kebenaraanya. Ibadah kami hambar tanpa makna. Kami masih menginginkan pujian orang lain.
BACA JUGA:Terkait Perbedaan Penetapan Hari Raya Idul Adha, MUI Imbau Umat Islam Tak Ragu untuk Puasa Arafah
Padahal syarat diterimanya ibadah adalah harus dilakukan ikhlas karena Allah dan ada contoh dari Rasulullah saw. Beribadah harus ada ilmunya, Tidak sekedar asal mengerjakan saja. Ampunilah kesalahan-kesalahan kami, Yaa Allah. Berikan kami kesempatan untuk memperbaikinya dengan ibadah yang lebih baik dan tidak menyimpang dari syariat-Mu.
Yaa Allah, Engkau yang menguasai semua yang di langit maupun di bumi ini. Lindungi saudara-saudara kami yang di Lombok. Berikan mereka kesempatan untuk memperbaiki diri dan berilah petunjuk jalan yang benar, agar bisa menjalankan ibadah dengan nyaman. Ampunilah dosa-dosa saudara kami yang meninggal karena gempa itu. Bagi yang terluka, mohon berikan kesembuhan dan bisa aktivitas kembali. Bagi yang rumahnya roboh karena dahsyatnya gempa, dan kehilangan harta benda mereka, berikanlah kesabaran dan gantilah dengan yang lebih baik,Yaa Allah.
Yaa Allah Engkau Pemilik segala sesuatu, kuperluas renungan Arafahku. Karena bagi-Mu tidak ada kesulitan untuk menyelesaikan segala masalah sebesar apapun. Baik yang menimpa sebagian negeri maupun seluruhnya. Sungguh, tidak ada batas atau sekat yang memisahkan antara padang Arafah di Mekkah, kemudian ke wilayah negeri-negeri sekitar, hingga di perluas sampai ke Indonesia, Malaysia, Palestina, Syiria, dan seluruh penjuru negeri lainnya. Hakekatnya semua adalah berdiri di bumi ciptaan-Mu.
Hingga di manapun hamba berada, Allah selalu mendengar dan mengetahuinya. Allah yang menciptakan semua yang ada di langit dan di bumi. Maka Allah pula yang mengaturnya. Jika dari ciptaan-Nya ada manusia yang tidak taat, hingga kesalahan itu dilakukan berulang-ulang. Maka terkadang Allah harus menegurnya dengan sentuhan yang keras. Itu adalah beentuk kasih sayang-Nya, karena Allah ingin hamba-Nya kembali ke jalan yang benar.
Saudaraku di mana pun berada, berdolah sungguh-sungguh kepada Allah. Jadikan kesempatan hari Arafah ini dengan sebaik mungkin. Allah membuka lebar-lebar untuk memberi ampunan kepada semua hamba-Nya yang memohon ampunan. Bagi saudara-saudaraku yang sedang wukuf di Arafah, jangan biarkan kesempatan emas ini untuk munajat kepada Allah. Mohon ampunan atas semua kesalahan dan mohon diijinkan untuk menjadi hamba yang tunduk taat kepada-Nya. Saudaraku, mohonkanlah ampunan saudara-saudaramu yang sedang mengalami ujian atau musibah. Semoga Allah berkenan memberi hikmah dari setiap kejadian yang dialami.
Buat saudara-saudaraku yang ada di negeri masing-masing. Mari kita perluas renungan Arafah ini, kita buat renungan yang sambung menyambung hingga mencapai seluruh penjuru dunia, semua melakukan muhasabah dan mohon ampunan Allah, jika selama ini kita banyak mengabaikan syariat Allah. Kemudian kita semua membangun komitmen, masing-masing berniat untuk berupaya memperbaiki diri untuk perbaikan seluruh negeri.
BACA JUGA: Arafah, Hari Pembebasan Neraka
Saudaraku, seyogjanya kita tidak ada sekat-sekat nasionalisme dan semacamnya. Karena semua negeri ini ciptaan Allah, tidak ada pagar pembatas setipis apapun. Semua sambung-menyambung menjadi satu, yang dikendalikan Allah. Kita semua bersaudara. Sebagaimana pesan Rasulullah saw ketika haji wadda. Beliau menyampaikan pesan untuk semua umat Islam. Begitu pentingnya pesan itu, hingga beliau meminta kepada yang hadir untuk disampaikan kepada yang tidak hadir. “Wahai sekalian manusia. Dengarkanlah kata-kataku ini dan perhatikanlah! Setiap muslim adalah saudara muslim yang lain. Dan kaum muslim itu semua bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri.”
Melalui pesan itu, Rasulullah mengingatkan kepada umatnya untuk saling memelihara persaudaraan. Melalui persaudaraan insan ini, akan menambah rasa cinta manusia dengan manusia yang lain. Dalam Islam, rasa cinta demikian tidak hanya terhenti pada batas-batas tanah air tertentu. Maka dari itu manusia dari segenap negeri, baik mereka yang saat ini sedang menjalankan wukuf di padang Arafah maupun umat yang berada di negeri masing-masing, mari kira samakan irama tanpa ada diskriminasi. Kita semua adalah hamba Allah. Mari kita satukan tekat, untuk memperbaiki diri dengan menjalankan syariat Allah dengan benar. Kemudian kita munajat kepada Allah, semoga Allah berkenan memberikan keberkahan di seluruh negeri ini. Aamiin. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri