JAKARTA–Dzikir merupakan bagian dari ibadah. Ibadah itu bergantung pada niatnya. KH. Hafidz Abdurrahman menilai, hal ini berbeda dengan mu’amalah. Mu’amalah tidak bergantung pada niat. Namun, bisa langsung dihukumi dzahirnya.
“Perlu diperhatikan, agar kita tidak memvonis orang lain dengan serampangan, apalagi dengan menggunakan kaidah “tasyabbuh bi al-kuffar”, bisa berdampak fatal,” ujarnya kepada Islampos.com melalui keterangan persnya Selasa (2/1).
Menurutnya, ulama’, ustadz dan kaum Muslim yang dzikir di malam tahun baru, sebenarnya ingin mengisi malam tahun baru, daripada bengong di depan tv, dugem, atau begadang di tempat-tempat maksiat, sambil mabuk, dan sebagainya.
“Dibuatlah even akbar, agar umat tidak ke tempat maksiat, tetapi ke masjid, atau tempat dzikir. Apakah ini tasyabbuh dengan orang kafir, jelas tidak. Karena niat dan tujuannya jelas dzikir, bukan menyerupai orang kafir,” ungkapnya.
Kyai Hafidz mencontohkan, jika logika tasyabbuh bi al-kuffar ini kita pakai, nanti peringatan maulid haram, karena menyerupai perayaan natal.
Namun, kata dia Shalahuddin al-Ayyubi mengadakan ini atas restu para ulama’, dengan tujuan untuk membangkitkan sosok Nabi, dan membakar semangat perjuangan umat, setelah membaca sirah Nabi yang agung. Jadi, apakah ini tasyabbuh bi al-kuffar? Jelas tidak.
“Karena itu, penting didudukkan, ini ibadah. Ibadah tergantung niat dan tujuan. Jika dzikir niatnya untuk menghidupkan malam tahun baru dengan dzikir, ya nggak papa,” ungkapnya.
Karena kalau tidak, kata Hafidz bisa jadi, umat Islam akan ditarik pada yang lain. Karena kaidahnya, “Jika seseorang tidak sibuk dalam ketaatan, pasti sibuk dalam kemaksiatan.” Jadi, ia meyakini tidak ada pilihan ketiga.
Dirinya merasa, hal inilah yang menjadi alasan, memperingati maulid Nabi boleh, dengan tujuan untuk mengenang pribadi, dakwah dan perjuangan Nabi.
“Bukan, sekedar merayakan mulid. Kalau merayakan maulid saja, tanpa tujuan tadi, jelas tidak boleh,” imbuhnya.
Jadi, lanjut Hafidz mengadakan dzikir di malam tahun baru, mengikuti, mengisinya dengan dzikir boleh. Dan ia menilai, hal tersebut tidak termasuk dalam ketegori tasyabbuh bi al-kuffar.
“Memang betul, dzikir harus setiap saat. Tidak salah, tapi juga tidak salah, kalau tahun baru diisi dengan dzikir,” tegasnya. []
Reporter: Rhio