Oleh: Harjani Efni
HAJI secara umum berarti menyengaja untuk menuju Tanah Suci Makkah dalam rangka memenuhi panggilan Allah swt. Kalimat Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika la syarika laka labbaik inna al hamda wa an ni’mata laka wa al mulk la syarika laka yang dikenal dengan istilah talbiyah adalah senandung para jamaah haji.
Makna dari talbiyah secara umum adalah sebagai berikut :
1. Labbaik Allahumma Labbaik, artinya adalah kami memenuhi dan akan melaksanakan perintah-Mu ya Allah.
2. Labbaika la syarika laka labbaik, artinya tiada sekutu bagi-Mu dan kami insya Allah memenuhi panggilan-Mu.
3. Inna al hamda wa an ni’mata laka wa al mulka la syarika laka, artinya sesungguhnya segala pujian, nikmat dan begitu juga kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.
BACA JUGA: 10 Amalan Ini Balasannya Setara dengan Pahala Naik Haji
Apa yang disenandungkan oleh para jamaah haji ini mengandung unsur yang fundamental dalam ajaran Islam. Janji untuk memenuhi panggilan Allah -jika keluar dari lubuk hati yang paling dalam- akan memotivasi jamaah melaksanakan haji dengan sungguh-sungguh, dan berusaha melaksanakan alfabeta kegiatan haji dengan semaksimal mungkin.
Pernyataan untuk tidak menyekutukan Allah, akan membuat para jamaah haji berhati-hati dari segala macam praktik yang berbau syirik. Banyak tempat di tanah haram yang secara sembrono diyakini orang dapat mendatangkan kebaikan dan menolak musibah, padahal kenyataannya tidaklah demikian dan tak ada dalil yang menyatakan hal itu. Jika hal ini tidak diantisipasi dengan komitmen tidak menyekutukan Allah, jamaah haji bisa kehilangan pahala ibadahnya .
Sedangkan pernyataan bahwa pujian, nikmat dan kerajaan hanya milik Allah akan menjadikan para jamaah haji sebagai tamu-tamu Allah yang baik, tidak congkak dan selalu sadar akan kelemahan dirinya yang sangat memerlukan bimbingan dan pengayoman dari Allah.
Menabur Amal, menuai fitrah
Ibadah haji merupakan ajang bagi para jamaah untuk menabur benih amal. Banyak sekali peluang yang bisa dimanfaatkan selama berada di sana, di antaranya;
1. Melaksanakan shalat berjamaah secara rutin di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, karena pahalanya sangat besar. Ada sebagian jamaah haji yang hanya bersemangat melaksanakan shalat berjamaah di masjid nabawi karena ada hadits tentang fadhilah shalat arbain, tetapi di saat tiba di Makkah mereka lebih memilih shalat di pondokan daripada berjama’ah di Masjidil Haram. Pandangan ini adalah keliru, karena shalat di Masjidil Haram pahalanya lebih banyak daripada shalat di tempat manapun juga.
2. Melaksanakan ibadah haji dengan persiapan ilmu yang baik. Sebuah ibadah akan membuahkan hasil dan diterima oleh Allah Swt. jika memenuhi dua syarat, yaitu; niat yang ikhlas dan mencontoh Rasulullah saw dalam tatacaranya. Untuk ibadah haji, Rasulullah saw bersabda : “Ambillah dariku tatacara ibadah haji kalian”. Sejak melakukan ihram untuk haji di hari tarwiyah, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan pulang lagi ke Mina untuk melempar jumrah sughra, wustha dan aqabah (kubra), serta thawaf ifadhah adalah kesempatan besar untuk meraih pahala dan keampunan dari Allah swt, jika ibadah haji dilandasi dengan ilmu.
Ada sebagian jamaah yang mengabaikan tatacara Rasulullah ini. Pada hari ke delapan yang seharusnya mabit di Mina ada yang langsung berangkat ke Arafah. Setelah meninggalkan Arafah kewajiban yang seharusnya adalah mabit di Muzdalifah. Tetapi dalam praktiknya ada sebagian jamaah yang hanya mengambil dan mengumpulkan kerikil di Muzdalifah lalu berangkat dan bermalam di Mina.
3. Banyak berdoa kepada Allah swt untuk kebaikan hidup di dunia dan di akhirat. Di sela-sela ayat tentang ibadah haji (QS. Al-Baqarah : 197-203), Allah swt mengelompokkan orang yang berangkat haji dalam dua kategori besar. Kategori itu berdasarkan kecenderungan doa yang mereka panjatkan kepada Allah. Ada orang yang berangkat haji dengan harapan agar hartanya semakin berkembang, tetapi kata Allah, kelompok ini secara pasti tidak akan mendapatkan bagian apa pun di akhirat. Bahkan bagian mereka di dunia pun belum pasti. (QS. Al-Baqarah: 200)
Kelompok ke dua adalah orang yang berangkat haji untuk mendapatkan kebaikan hidup dari Allah baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Kelompok ke dua ini Insya Allah akan mendapatkan bagian dari apa yang mereka usahakan. (QS. Al-Baqarah: 201) Di antara tempat paling penting untuk berdoa adalah saat berada di Arafah.
Apa Setelah Haji?
Besarnya jumlah jamaah haji setiap tahunnya merupakan aset yang sangat potensial bagi kemajuan umat Islam di Indonesia. Tapi berapa pun jumlah jamaah haji, pengaruhnya tidak akan efektif bagi perkembangan dan kemajuan umat jika tidak disertai pembinaan yang baik dan sempurna bagi mereka khususnya dari pemerintah -dalam hal ini Departemen Agama- dan biro-biro perjalanan haji.
Para jamaah harus memiliki wawasan Islam yang cukup untuk membangkitkan semangat mereka dalam melakukan dakwah di masyarakatnya yang diikuti dan diteladani setelah pulang dari melaksanakan ibadah haji.
Kesucian fitrah yang diraih oleh jamaah haji tidak akan bertahan lama manakala tiba ke daerahnya dia kembali harus mengarungi kehidupan di tengah suasana yang tidak mendukung kesucian fitrah.
BACA JUGA: Mengenal Jenis-jenis Haji dan Miqat
Selama berada di tanah suci para jamaah telah merasakan keindahan shalat berjamaah, kedamaian suasana ibadah, dan keteduhan jiwa mendengarkan lantunan pesan ilahi. Para jamaah juga menyaksikan kebersihan lingkungan dari pornografi dan tempat-tempat maksiat. Pasar-pasar dihiasi dengan lantunan Al-Qur’an. Para jamaah pasti menikmati suasana tersebut.
Pertanyaan yang perlu direalisasikan bersama adalah; bagaimana upaya kita memindahkan suasana kedamaian dan keteduhan tanah suci itu ke negeri tercinta yang sedang galau ditimpa oleh berbagi macam masalah ini?
SUMBER: IKADI