HIDUP sebagai kaum bangsawan dengan gelimang harta, kehormatan, dan keterkenalan sering kali diimpikan banyak orang. Betapa tidak, hidup sebagai bangsawan laksana hidup di negeri dongeng: dengan sekali perintah segala keinginan bisa terwujud. Begitu pula dengan yang dialami oleh Lady Evelyn Cobbold.
Sesuai dengan gelar Lady yang melekat pada namanya, Evelyn Cobbold lahir sebagai seorang anak bangsawan. Lahir dengan nama Evelyn Murray di Edinburgh pada 17 Juli 1867, Evelyn merupakan anak tertua dari bangsawan Skotlandia, Charles Adolphus Murray, Pangeran Dunmore ke-7 dan Lady Gertrude Coke, anak perempuan dari Pangeran Leicester kedua. Dengan takdir yang dijalaninya sebagai anak bangsawan.
BACA JUGA:Â Kala Pria Skotlandia Ini Masuk Islam karena Mendengar Adzan
Evelyn kecil seharusnya merasakan berbagai macam kenikmatan. Namun, Evelyn kecil dan keluarganya justru berkelana mengikuti ayahnya ke wialyah yang lebih eksotis di Afrika Timur. Sejak itu pula kehidupan Evelyn kecil banyak dikelilingi pembantu domestik dari penduduk asli Mesir dan Aljazair. Evelyn kecil banyak menghabiskan musim dingin bersama dengan pembantu tersebut dan kehidupannya pun banyak dipengaruhi oleh cara-cara Islam dan tradisi Arab.
Tentang kehidupan masa kecilnya, Evelyn menulis: “Aku menghabiskan musim dingin di Vila Moorish, di sebuah lembah di luar Aljazair. Di sanalah aku belajar bicara Arab dan yang paling aku gemari adalah saat melarikan diri dari status bangsawanku dan mengunjungi masjid bersama teman-teman Aljazairku. Tanpa sadar, aku merasa menjadi seorang Muslim di dalam hatiku.
“Beberapa tahun berlalu dan aku tinggal di Roma bersama beberapa teman italia dan tuan rumah menawariku apakah ingin bertemu Paus atau tidak. Tentu saja saya sangat mau. Kemudian, saat Yang Mulia Paus tiba-tiba bertanya padaky apakah aku seorang Katolik, beberapa saat lamanya aku tak menjawab untuk kemudian berkata bahwa aku seorang Muslim. “
Untuk ukuran seorang wanita bangsawan, Evelyn sedikit telat menikah. Ia menikah pada usia 24 tahun dengan John Dupuis Cobbold, seorang lelaki keturunan keluarga pembuat bir yang kaya raya di sebelah timur Inggris. Mereka bertemu di Kairo dan menikah di sana pada April 1891. Pasangan suami istri ini dikaruniai tiga orang anak yang lahir antara tahun 1893 hingga 1900.
Pada tahun 1900, Lady Evelyn melakukan perjalanan tanpa suaminya. Ia kembali ke Afrika Utara tahun 1911, pada usia 43 tahun, dan melakukan perjalanan di Mesir. Pada tahun 1912, buku tentang perjalanannya tersebut diterbitkan dengan judul Wayfarers in the Libyan Desert. Sejak saat itulah dan seterusnya, pengakuan dirinya sebagai seorang Muslim semakin meningkat. Lady Evelyn kemudian mengubah namanya menjadi Lady Zainab.
Setiap musim dingin Lady Zainab mengunjungi Mesir dan sejak tahun 1915 ia menjalin persahabatan dengan Marmaduke Pickhall, dengan seorang Inggris Muslim, yang menghasilkan salah satu penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Inggris yang sangat dihargai.
Pada tahun 1920, informasi yang bersifat anekdot menyebarkan bahwa masuk Islam-nya Lady Evelyn menjadi penyebab dari kerenggangan hubungannya dengan keluarga Cobbold. Akhirnya, pada tahun 1922 Evelyn dan suaminya resmi bercerai. Evelyn memperoleh harta gono-gini yang sangat banyak, termasuk hutan berisi rusa di Glencarron. Harta tersebut menjadikan dirinya sebagai wanita terkaya di wilayahnya. Setelah kematian suaminya pada tahun 1929, Evelyn mulai serius untuk melakukan perjalanan haji ke Mekkah.
BACA JUGA:Â Wah, Sekolah Kristen di Inggris Miliki 100 Persen Siswa Muslim
Keseriusannya pergi berhaji diwujudkan dengan mengajukan permohonan ke Hafiz Waba, Menteri Arab Saudi di London, yang kemudian menuliskan surat permohonan resmi kepada Raja Abdul Aziz di Riyadh. Lama permohonan tersebut dibalas. Karena bukan tipikal Evelyn untuk menunggu, ia kemudian mengirimkan surat perkenalan ke Harry St. John (Abdullah( Philby di Jeddah. Philby sendiri telah menjadi Muslim sejak tahun 1930. Sambil menunggu izin dari Raja, Philby-lah yang mengatur perjalanan menggunakan mobil ke Madinah.
Akhirnya, pada tahun 1933, keinginan evelyn untuk menunaikan ibadah haji terwujud setelah Raja Abdul Aziz mengabulkan permohonannya.
Demikianlah kisah Lady Evelyn Cobbold, seorang wanita bangsawan Inggris pertama yang menunaikan haji ke Mekkah. Bahkan, dapat dikatakan bahwa Lady Evelyn-lah wanita asli kelahiran Inggris pertama yang melakukan perjalanan haji. Kisah perjalanan haji Evelyn dituliskan dalam buku yang berjudul Pilgrimage to Mecca (Berhaji ke Mekka).
Dalam sejarahnya, tidak banyak fakta yang ditemukan bahwa Evelyn secara rutin melaksanakan ibadah shalat. Namun, diyakini bahwa ia telah mendeklarasikan syahadat dan berhaji menjadi puncak pembuktiannya sebagai Muslim. Lady Evelyn Zainab meninggal 30 tahun setelah berhaji, tepatnya pada Januari 1963, salah satu bulan terdingin dalam sejarah Inggris. Evelyn dimakamkan menurut syariat Islam di kawasan Glencarron. []
BACA JUGA:Â Ingin Lebih Mengenali Tuhannya, Viviana Masuk Islam