NABI Muhammad merupakan Nabi terakhir yang dengannya beliau membawa mukjizat terbesar, yakni Al-Qur’an. Nabi Muhammad dilahirkan di tengah kabilah besar yakni Bani Hasyim. Hari lahir Nabi Muhammad masih menjadi khilaf di kalangan para ulama, namun mayoritas ulama mengatakan beliau Shalallahu ‘alayhi wasallam lahir pada hari Senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal pada tahun tragedi pasukan bergajah.
Ibnu Sa’ad meriwayatkan bahwa ibunda Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam pernah menceritakan, “Ketika aku melahirkannya, keluarlah cahaya yang karenanya istana-istana Negeri Syam tersinari.” Imam Ahmad, Ad-darimi dan periwayat selain keduanya juga meriwayatkan versi yang hampir mirip.
BACA JUGA: Rasulullah: Aku Tidak Memerlukan Bantuan Orang Musyrik!
Sumber lainnya menyebutkan, telah terjadi irhashat (tanda-tanda awal yang menunjukan akan diutusnya Nabi) ketika kelahiran beliau shalallahu ‘alaihi wasallam diantaranya; jatuhnya Kekaisaran Persia, padamnya api yang disembah kaum Majusi dan robohnya gereja-gereja di sekitar danau sawah setelah airnya menyusut.
Setelah beliau shalallahu ‘alayhi wasallam dilahirkan, ibundanya mengirim utusan ke kakeknya, Abdul Muthalib untuk memberitahukan kepadanya kabar gembira kelahiran cucunya tersebut. Kakeknya langsung datang dengan sukacita dan memboyong cucunya tersebut masuk ke Ka’bah; berdoa kepada Allah dan bersyukur kepadaNya. Kemudian memberinya nama Muhammad, padahal nama seperti ini tidak populer ketika itu dikalangan bangsa Arab, dan pada hari ketujuh dihari kelahirannya Abdul Muthalib mengkhitan beliau sebagaimana tradisi yang berlaku di kalangan bangsa Arab.
Wanita pertama yang menyusui beliau shalallahu ‘alayhi wasallam setelah ibundanya adalah Tsuwaibah. Wanita ini merupakah budak wanita Abu Lahab yang saat itu juga masih meyusui bayinya Masruh. Sebelumnya, dia juga telah menyusui Hamzah bin Abdul Muthalib, kemudian menyusui Abu Salamah bin Abdul Asad al-Makhzumi setelah menyusui beliau shalallahu ‘alayhi wasallam.
BACA JUGA: Alasan Rasulullah Memilih Aisyah Jadi Istrinya
Tradisi yang berlaku dikalangan bangsa Arab yang tinggal dikota adalah mencari para wanita yang dapat menyusui bayi-bayi mereka sebagai tindakan preventif terhadap tersebarnya penyakit. Hal itu mereka lakukan agar tubuh bayi-bayi mereka kuat, kekar dan berotot. Oleh karena itu, Abdul Muthalib mencari wanita-wanita yang dapat menyusui Rasulullah. Dia akhirnya mendapatkan seorang wanita penyusu dari kabilah Bani Sa’ad bin Bakr yang bernama Halimah binti Abu Dzuaib.
Dengan begitu, di sana Rasulullah memiliki banyak saudara sesusuan, yaitu Abdullah bin Harits, Anisah binti Harits, Hudzafah binti Harits. Halimah merawat Rasulullah beserta Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muthalib, saudara sepupu Rasulullah. Paman beliau, Hamzah bin Abdul Muthalib juga disusui di tengah kabilah Bani Sa’ad bin Bakr. Halimah merasakan adanya keberkahan dari kehadiran Rasulullah yang membuatnya banyak berkisah yang aneh-aneh tentang dirinya. []
Sumber: Ar-Rahiq al-Makhtum. Sirah Nabawiyah, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad. Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir. (Karya Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri), hal. 64, 65, 66.