PELUKAN dan ciuman dari bayi berusia delapan bulan itu, masih segar dalam ingatan ibunya. Bayi itu bernama Laila.
Gas air mata yang begitu banyak yang digunakan oleh tentara Israel pada hari Senin terhadap demonstran tak bersenjata di dekat pagar perbatasan Gaza-Israel membuat putrinya yang lembut merangkul sesuatu dari masa lalu.
Saat fajar Selasa, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan Laila meninggal akibat paparan berlebihan karena gas air mata.
“Tentara Israel mencabut saya dari sukacita pertama hidup saya,” Maryam al-Ghandour, ibu Laila, mengatakan kepada Anadolu Agency melalui air matanya.
Laila, ibu yang berduka itu kembali berkata, “Dia menjadi sumber sukacita di rumah; dia akan tersenyum pada siapa saja yang memperhatikannya.”
“Israel bertanggung jawab penuh atas kematian Laila, yang disebabkan oleh gas air mata yang secara internasional dilarang,” tegasnya.
Maryam memutuskan untuk tidak membawa putrinya ke dekat pagar perbatasan, malah membawanya ke rumah ibunya di pinggiran timur Kota Gaza.
Namun, paman Laila malah membawa keponakannya yang masih kecil itu ke arena demonstrasi, di mana neneknya juga berpartisipasi.
Ibu Maryam, Hayam Omar, mengatakan bahwa tentara Israel menggunakan gas air mata yang berlebihan meskipun di situ jelas ada anak-anak dan tentu saja para wanita.
Ketika para demonstran diselimuti oleh gas air mata (beberapa di antaranya dijatuhkan oleh drone Israel dari atas), putra Hayam, Ammar, membawa Laila dalam pelukannya, berusaha melindunginya dari asap dan gas air mata.
“Tapi dia tidak bisa mencegahnya,” kenang Hayam. “Setelah itu, saya kembali ke rumah di distrik Sabra Kota Gaza, tetapi tubuh Laila mulai membiru.”
“Saya bergegas membawanya ke rumah sakit, tetapi dokter di sana memberi tahu saya bahwa dia telah meninggal karena inhalasi gas air mata,” kata nenek itu, tampak terguncang.
Dia melanjutkan dengan menuntut bahwa tentara Israel dituntut atas kejahatannya terhadap pengunjuk rasa damai, termasuk anak-anak.
Pada hari Senin, setidaknya 62 demonstran Palestina menjadi martir dan ratusan lainnya terluka oleh pasukan Israel yang dikerahkan di sepanjang pagar Gaza-Israel.
Demonstrasi hari Senin bertepatan dengan ulang tahun ke-70 Israel, sebuah acara yang oleh orang Palestina disebut sebagai “The Catastrophe”, dan relokasi kedutaan Israel di Washington ke Yerusalem, yang terjadi pada hari yang sama.
Sejak demonstrasi Gaza dimulai pada 30 Maret, lebih dari 100 demonstran Palestina telah menjadi martir oleh tembakan tentara Israel.
Pada hari Rabu, Observatorium Euro-Mediterania untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Jenewa menyatakan bahwa gas air mata Israel terdiri dari zat-zat yang dapat “menyebabkan hilangnya kesadaran dan dapat menyebabkan peradangan kronis pada paru-paru dan kejang-kejang saraf”. []
SUMBER: WORLD BULLETIN