Oleh: Muhammad Abduulah ‘Azzam
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret, anggota Komisi A puskomnas FSLDK Indonesia, ketua umum di Biro AAI FEB UNS.
YAASIN adalah salah satu surah dalam Al-Qur’an yang memiliki arti khusus bagi masyarakat Indonesia. Sebuah wawancara acak yang dilakukan tim Beriman Trans TV terhadap 5 Responden, dengan pertanyaan tentang kedekatannya terhadap Al-Qur’an, 4 diantaranya menjawab setiap malam jum’at mereka meluangkan waktu membaca yasiin.
Sedangkan di lingkungan sekitar penuis, yassin akrab dikenal sebagai bacaan Al-Qur’an diperuntukkan bagi arwah orang meninggal. Di pekuburan setiap idul fitri, bergema orang membaca yassin, termasuk dalam perayaan 7, 70, 100 hari peringatan kematian seseorang.
Memang banyak diperdebatkan tentang kebiasaan yang dilaksanakan masyarakat tersebut, namun secara dasar bacaan Al-Qur’an manapun itu ayat dan surah nya adalah bacaan berpahala. Secara positif, Yaasin membuat masyarakat Indonesia masih terikat baik dengan Al-Qur’an, dan tidak melupakan Al-Qur’an.
Aksi Bela Islam menjadi representasi kedekatan masyarakat Indonesia dengan Al-Qur’an. Sedikit banyak, bisa kita simpulkan bersama surah yaasin menjadi salah satu surat favorit masyarakat Indonesia, dilihat dari keterikatan surah yaasin dalam budaya masyarakat dan kebiasaan masyarakat meluangkan waktu di malam jum’at untuk membacanya.
Di lain sisi, surah yaasin memiliki cerita yang menarik, juga lengkap. Karakter manusia beriman dan nonmuslim tergambar jelas dalam surah ini, begitu juga dengan pengalaman di alam setelah kematian serta penggambaran keindahan surga dan kebaikan-kebaikannya.
Episode-episode digambarkan dengan runtut, sehingga membuat pembaca berpikir dan merenungi kehidupannya sendiri. Didalam surah yaasin ada sebuah episode terkhusus membuat penulis tertarik, dan episode tersebut adalah cerita seorang utusan yang diutus kedalam suatu kaum.
Utusan tersebut tidak secara eksplisit disebutkan namanya siapa, kaum tersebut tidak disebutkan kaum siapa keturunan mana. Namun seperti biasa, utusan kebenaran akan selalu ditolak, kebenarannya dikhianati oleh kaum-nya. Bahkan meskipun sang utusan telah mengatakan bahwa dia tidak meminta balasan apapun, dan meyakinkan bahwa Allah lah sebaik-baik pemberi hidayah dan pertolongan. Kaumnya tetap menolak dan membalikkan punggung mereka dari sang utusan, menolak kebenaran.
Akhirnya dalam suatu waktu, seorang laki-laki dari bagian jauh kota, berteriak “kalian dengarkan dan ikuti kebenaran yang dia (utusan) bawa”. Laki-laki ini, tidak disebutkan namanya dalam Al-Qur’an. Dia diceritakan merupakan laki-laki dari Aqsal Madina, ujung kota, sebuah kota yang tidak tahu kota semacam apa. Meneriakkan anjuran untuk mengikuti kebenaran, padahal kaum tersebut menolak kebenaran itu mentah-mentah. Dia tidak dikenal, manusia tidak mengetahui secara eksplisit siapa dia, namun dia berani meneriakkan kebenaran dan kebaikan.
Sejarah mencatat, tokoh luar biasa seperti laki-laki dari ujung kota seringkali menjadi individu yang membalik paradigma masyarakat. Dalam kisah di surah yaasin, tidak dijelaskan apa yang terjadi kepada laki-laki tersebut, namun laki-laki itu berandai-andai, jika saja kaumnya mengetahui alasan dia bisa masuk surga.
Diakhir cerita, Allah menegaskan, dengan satu teriakan, mereka semua (kaum yang membangkang itu) dimusnahkan, dan mereka kembali dengan penyesalan. Maka disimpulkan, laki-laki ini menjadi syahid, seperti biasa ketika seorang tidak dikenal menyokong kebenaran dia hanya dihadapkan pada 2 pilihan, hidup mulia atau mati syahid. Dan paradigma kaum tersebut berubah, menjadi sebuah penyesalan yang terlambat.
Dunia senantiasa diciptakan dalam keadaan seimbang, kebaikan berhadapan dengan keburukan, cahaya berhadapan dengan kegelapan. Selain seimbang, dunia senantiasa saling melengkapi, keberadaan cahaya selalu disertai dengan adanya bayangan, keberadaan manusia dilengkapi dengan adanya interaksi sosial. Laki-laki yang diceritakan dalam surah yaasin adalah perwujudan tokoh-tokoh dibalik bayangan, bayangan dari sebuah kebenaran bernama tauhid.
Jika diibaratkan tauhid adalah cahaya, maka tauhid adalah cahaya agung satu-satunya yang membawa manusia dari kegelapan. Dalam kerjanya, tauhid akan senantiasa disokong oleh mereka, orang-orang dibalik bayangan, tidak dicatat sejarah, tidak diketahui manusia. Tetapi kehadirannya membawa dampak luar biasa dalam eksistensi dan dakwah tauhid kepada manusia.
Kita mungkin mengetahui, Rasulullah SAW mengumpulkan sahabatnya di rumah seseorang bernama Al-Arqam bin Abil Arqam, tetapi tidak ada satupun dari kita yang tahu, siapa nama asli Al-Arqam. Kita semua mungkin mengenal gerakan perjuangan Hamas, namun dunia tidak mengizinkan seorang Abu Ubaidah dikenali wajahnya baik oleh sekutu maupun oleh musuh. Sebagaimana dalam kisah lama, dimana Nabi Musa A,S melakukan perjalanan luar biasa bersama Khidir A.S, dimana kita tidak tahu siapa pembantu yang menemani Nabi Musa dalam perjalanannya. Bahkan pemegang saham kebangkitan pergerakan ummat islam salah satunya hanyalah seorang guru sekolah dasar!.
Bisa kita simpulkan, inilah salah satu skenario indah Allah SWT dalam menjaga cahaya kebenaran-Nya, dimana dia memberikan hidayah kepada laki-laki dibalik bayangan. Mereka yang secara diam-diam mengakui, mengamalkan dan menyebarkan kebenaran yang Allah SWT sentuhkan kepada mereka.
Mereka bergerak dalam diam, tidak dikenal dan bahkan dilupakan manusia, namun kerja-kerja mereka tak ubahnya seperti sebuah fondasi, kokoh dalam menopang keagungan tauhid. Mereka pun menjadi individu tercepat dalam mengakui kebenaran, meskipun tahu akan resiko yang harus dibayarkan.
Inilah dakwah islamiyyah, dimana setiap orang yang menganggap dirinya da’i harus berpantang meremehkan kinerja orang lain. Dimana dia harus bersiap, ketika namanya dihapuskan dari sejarah karena dia harus menjadi tokoh dibalik bayangan. Dimana dengan segala kemungkinan, kematian senyap dan sepi menjadi kawan, karena apa yang dia emban tidak diijinkan untuk diketahui orang lain. Inilah kondisi, dimana hanya dia dan Allah yang tahu, dan tidak ada satupun manusia yang peduli dengan dia. Karena dakwah adalah cahaya, maka dia akan selalu menghasilkan bayangan, para pahlawan senyap dengan kontribusi setinggi langit.
Laki-laki dari kejauhan kota menjadi sebuah contoh nyata, Allah SWT mengetahui kerja hamba-Nya, serta menjada harga diri dan kemuliaan amal hamba-Nya. Allah SWT pasti mengetahui betul nama dan nasab hambanya itu, namun tidak Allah SWT ceritakan, karena kelak laki-laki ini akan menjadi contoh sebuah pengorbanan sejati para aktor dibalik bayangan. Allah SWT tidak menceritakan bagaimana proses ujian yang dia hadapi, karena Allah SWT tahu, hanya Allah SWT dan laki-laki itu yang tahu, dan Allah adalah sebaik-baik pemberi balasan.
Sekarang, apakah kita siap memperoleh kemuliaan seperti itu? Kemuliaan, ketika hanya kita dan Allah SWT yang tahu amalan kita. Kemuliaan, ketika Allah SWT dan malaikatnya menjadi saksi kematian kita dalam sunyi senyap dari hingar-bingar kehidupan. Kemuliaan, ketika kita bisa berandai-andai di surga, “seandainya mereka tahu, apa yang membuatku memperoleh surga”. Kemuliaan, ketika dengan kerja sunyi kita, islam tegak dan meraih kejayaan, dan kita menjadi salah satu investor terbesarnya.
“Dakwah adalah jalan sunyi, panjang jarak menanti, halangan rintangan menghalangi, menguji diri pribadi. Bergerak dalam sepi, tidak banyak yang menyertai”
Itulah dakwah. Surah yaasin, laki-laki di kejauhan kota, dan sejarah telah membuktikan. Bahwa tidak ada yang sia-sia dalam kita bekerja untuk Allah SWT.
Semoga Allah SWT memberikan pintu hidayah, kepada siapapun yang menghayati kitabnya, dan Allah SWT memberkahi negeri ini, Indonesia. Wallahu ‘Alam. []