BEKERJA harus diniatkan sebagai ibadah. Maka ketika bekerja jangan selalu bertujuan untuk memperoleh hasil sebanyak-banyaknya. Kita pun harus memikirkan keberkahannya.
Nah, 5 tips dari Abul Layts as-Samarqandi ini penting untuk kita ketahui agar usaha kita berkah:
1 Tidak mengakhirkan dan mengurangi sedikitpun kewajiban ibadah kepada Allah demi pekerjaan.
Nah, karenanya, sesibuk-sibuk kita bekerja dan mengejar target, usahakan untuk -minimal- tidak meninggalkan salat tepat waktu. Meninggalkan salat wajib seolah sepele, tapi nyatanya dapat menghanguskan keberkahan usaha kita. Akibatnya, sebanyak apapun untung yang kita raup tak pernah membuat kita puas dan bahagia.
BACA JUGA:Â Ini Dia Hukumnya Bekerja di Hotel
2 Tidak menyakiti pihak lain demi pekerjaan.
Bagi kita yang harus menjalin relasi dengan banyak pihak, jangan sampai kita menyakiti dan merugikan mereka. Meski mungkin suatu saat kita merasa aman, tapi di saat yang lain kita pasti akan menyadari hal itu sangat merugikan dan menyisakan penyesalan.
Usaha yang dikerjakan diniati untuk menjaga kehormatan diri dan keluarga, bukan menumpuk harta.
Ini, nih, tak kalah penting sahabat Ummi. Kadang, kemudahan-kemudahan yang Allah berikan kepada kita dalam bekerja justru membuat kita lupa tujuan. Kita menjadi tamak, tak puas-puas, menimbun dan menghimpun kemewahan. Padahal tujuan mendasar dari bekerja adalah untuk menjaga kehormatan diri dan keluarga agar tidak meminta-minta dan menjadi beban orang lain, selain turut membantu memberikan hak sebagian mereka yang membutuhkannya.
4 Tidak memaksakan diri bekerja di luar kemampuan.
Kerja keras baik. Tetapi jika melampaui kemampuan dan kodrat justru bisa fatal. Ingat, Allah tak pernah membebani hamba-Nya di luar kemampuannya. Malah kita yang membuat over beban untuk diri kita sendiri? Ingat juga, bahwa sekeras apapun kita bekerja, belum tentu menambah takaran jatah rezeki kita yang telah ditentukan-Nya. Jadi, kerja keras juga harus cerdas!
BACA JUGA:Â Wanita Bekerja, Apa Hukumnya dalam Islam?
5 Tidak meyakini bahwa rezekinya berasal dari usahanya, tapi berasal dari Allah Ta’ala.
Ini soal akidah. Allah Ar-Razzaq, Maha Pemberi rezeki. Karena Allah-lah Maha Pemberi rezeki, maka kita tidak boleh merasa, meyakini dan mengklaim diri kita bisa mendatangkan rezeki sendiri. Pekerjaan kita hanyalah usaha, sebab dan perantara.
Bukan yang kuasa mendatangkan apa-apa. Karena Allah-lah Maha Pemberi rezeki, maka tak ada alasan bagi kita untuk pesimis dan berkecil hati saat usaha kita terbatas. Kita harus tetap optimis, husnuzan kepada Yang Maha Pemberi rezeki. Ingat, keterbatasan usaha kita selamanya takkana membatasi Allah untuk mengaruniakan rezeki-Nya. []
SUMBER: UMMI