SALMAN Al-Farisi terkenal karena idenya membuat parit dalam Perang Khandaq. Ia lahir di Isfahan dan tumbuh dewasa dalam lingkungan keluarga bangsawan yang hidup berkecukupan. Sebelum ia memeluk Islam, ia pernah mengembara ke Damaskus, Al-Quds, Mosul, Nashibain, dan Asia Kecil, sebelum akhirnya terdampar di Yatsrib dan menjadi budak seorang Yahudi Banu Quraizhah.
Salman Al-Farisi yang pernah diangkat oleh `Umar bin Khattab sebagai Gubernur Mada’in (Ctesiphon) dan berpulang pada masa pemerintahan `Utsman bin Affan.
Suatu ketika, Abu ‘Utsman, sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, berjalan bersama Salman Al-Farisi. Ketika mereka berada di bawah sebuah pohon, tiba-tiba Abu ‘Utsman melihat sahabatnya itu mengambil sebatang ranting kering. Lalu, menggoyang-goyangkan ranting itu.
BACA JUGA: Salman Al-Farisi Amir yang Sederhana
Daun-daunnya pun berguguran. Melihat tindakan Salman Al-Farisi yang tampak aneh tersebut, Abu ‘Utsman diam saja.
Dia tidak bertanya sama sekali. Melihat hal tersebut, sejenak kemudian Salman Al-Farisi berkata kepada temannya tersebut, “Abu ‘Utsman, mengapa engkau tak bertanya kepadaku, mengapa aku berbuat seperti ini?”
“Sebenarnya aku ingin bertanya, tetapi sudah keburu engkau tanya. Mengapa engkau berbuat seperti itu?”jawab Abu ‘Utsman.
Begini pulalah yang pernah dilakukan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam,” kata Salman seraya mengingat kenangan hidupnya bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
BACA JUGA: Seperti Uwais Al Qarny, Inilah Bakti Salman Al Farisi kepada Ibundanya
“Yaitu ketika, pada musim dingin, aku pergi bersama beliau. Kemudian, ketika kami beristirahat di bawah sebuah pohon, tiba-tiba beliau mengambil sebatang ranting kering. Beliau kemudian menggoyang-goyangkan ranting itu sehingga daun-daunnya berguguran. Melihat hal itu, aku diam saja seperti engkau tadi.
Melihat hal itu, beliau pun mengajukan pertanyaan seperti yang kuajukan kepadamu tadi. Ketika aku bertanya mengapa beliau melakukan hal itu, beliau menjawab, ‘Sungguhnya, jika seorang Muslim berwudhu secara sempurna, kemudian melaksanakan shalat lima waktu, tentu dosa-dosanya berguguran bagai daun-daun yang berguguran ini.” []
Sumber: Teladan Indah Rasulullah dalam Ibadah: 1000 Kisah Penuntun Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji/Karya: Ahmad Rofia Usmani/Penerbit: Mizan/2005