DAMASKUS—Militer rezim Bashar al-Assad pada Senin (7/8/2017), membombardir Ghouta Timur, sebelah timur Damaskus. Agresi tersebut telah melanggar gencatan senjata yang pada dua pekan lalu disepakati, dengan Rusia sebagai mediator kesepakatan tersebut.
Pesawat tempur rezim Assad terlihat terbang berseliweran di atas wilayah Ghouta Timur. Terjadi peningkatan serangan udara di daerah kantong tentara oposisi terakhir di Suriah itu
Menurut saksi mata, sebagaimana dilaporkan oleh Middel East Monitor, pemboman tersebut merupakan yang terparah dalam dua bulan terakhir.
Dari Qasyoun Heights, wilayah strategis yang menghadap tepat ke Damaskus, satuan-satuan elit militer Bashar Al-Assad menggebrak distrik Jobar, sekitar dua kilometer di sebelah timur tembok Kota Tua dan Ain Terma tepat di sebelah selatan.
Warga serta tim medis mengatakan bahwa militer Suriah semakin mengintensifkan penembakan daerah sipil di wilayah Ghouta Timur, dimana kelompok oposisi diduga bersembunyi di sana.
Sedikitnya 15 warga sipil terbunuh dalam serangan tersebut, beberapa lainnya terluka dalam pemboman yang terus berlansung selama tiga hari lamanya.
Sementara itu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia berbasis di Inggris yang memantau konflik Suriah mengatakan, bahwa setidaknya 20 tentara tentara terbunuh, terluka atau tertawan dalam 24 jam terakhir, demikian perkiraan dari pihak oposisi.
Di wilayah lainnya, Zamalka, Harasta dan Kafr Btna, juga dibombardir oleh terjangan peluru tentara rezim Suriah. Melalui unggahan video di media sosial yang diunduh oleh para aktivis, menunjukkan serangan jet di Ain Tarma dan Jobar, api meletus di tempat-tempat dan asap tebal naik ke udara.
Ghouta Timur berada di bawah kontrol pihak oposisi. Jobar berada di timur laut Damaskus dan berbatasan dengan distrik Ghouta Timur, Ain Terma.
Sebelum perang berkecamuk pada 2011, lebih dari setengah juta orang tinggal di Ghouta Timur, wilayah dengan percampuran antara kota serta lahan pertanian yang luas.
Dua warga mengatakan bahwa Ain Terma sekarang menjadi kota hantu, dengan hanya beberapa ratus keluarga berlindung di ruang bawah tanah setelah sebagian besar mantan penduduk melarikan diri ke kota-kota lain di Ghouta Timur. []