SEORANG dari Bani Ghifar sengaja datang dari jauh untuk memeluk Islam di saat Islam belum memiliki kekuatan karena masih sedikit pemeluknya. Bani Ghiffar itu sendiri terkenal dengan kelakuannya yang senantiasa mencuri.
Kisah berawal ketika Abu Dzar ini adalah salah seorang yang berasal dari Bani Ghiffar datang ke Makkah dengan penuh kegembiraan. Memang benar bahwa debu perjalanan dan panasnya udara gurun pasir telah menyelimutinya dengan sakit dan derita, tetapi tujuan yang hendak digapainya mampu membuatnya lupa akan penderitaan dan membangkitkan suka cita dan kegembiraan dalam jiwanya.
BACA JUGA: Pengkhianatan Bani Quraidhah terhadap kaum Muslimin
Ia memasuki kota Mekah dengan menyamar sebagai salah seorang dari mereka yang hendak thawaf mengelilingi berhala-berhala besar di Ka’bah atau seakan seorang musafir yang tersesat dalam perjalanan. Bahkan, lebih tepatnya seperti orang yang telah melakukan perjalanan sangat jauh lalu mencari tempat untuk beristirahat dan menambah perbekalan. Andai penduduk Mekah mengetahui bahwa kedatangannya untuk menemui Muhammad Saw. dan mendengarkan dakwahnya, pastilah mereka akan membunuhnya.
Namun, ia sendiri menganggap bukan masalah jika mereka sampai membunuhnya, asalkan itu terjadi setelah ia berjumpa dengan seorang laki-laki yang telah membuatnya rela menempuh bahaya dan perjalanan jauh demi menyatakan iman kepadanya. Barulah saat itu ia rela kalaupun harus dibunuh sebab hatinya lega dengan kebenaran dan dakwah yang disampaikan oleh Muhammad Saw.
Ia terus berjalan untuk mendengar berbagai berita dari kejauhan. Setiap kali mendengar sekelompok orang yang membicarakan Muhammad, ia pun mendekati mereka dengan hati-hati. Dari perbincangan yang bertebaran di sana sini, akhirnya ia bisa menghimpun berita yang menunjukkannya kepada Muhammad Saw. dan mempertemukannya dengan beliau. Pada pagi harinya, ia pergi ke tempat yang dimaksud dan mendapati Muhammad Saw. sedang duduk seorang diri. Ia pun mendekat dan berkata, “Selamat pagi wahai saudara sebangsa.”
“Wa’alaikumusalam, wahai sahabat,” jawab beliau dengan tenang.
“Lantunkanlah hasil gubahanmu,” pinta Abu Dzar dengan penasaran.
“Itu bukanlah syair hingga bisa kugubah, melainkan al-Qur’ an yang mulia,” jawab Rasulullah Saw.
“Kalau begitu, bacakanlah untukku,” kata Abu Dzar.
Rasulullah lalu membaca al-Qur’ an, sedangkan Abu Dzar menyimaknya baik-baik penuh perhatian. Tak berselang lama, Abu Dzar berseru, “Asyhadu an la ilaha illallah…wa asyhadu anna Muhammadarasulullah!”
“Dari manakah asalmu, wahai saudaraku?”, tanya Rasulullah kepada Abu Dzar.
“Aku datang dari Ghifar,” jawab Abu Dzar.
BACA JUGA: Sebab Dibebaskannya Seratus Keluarga Bani Mushthaliq
Rasulullah Saw. pun tersenyum lebar sementara wajahnya diliputi rasa kagum dan takjub. Begitu juga dengan Abu Dzar yang tersenyum karena mengetahui sesuatu yang ada di balik rasa kagum Rasulullah saat mengetahui bahwa laki-laki yang telah menyatakan Islam di hadapan beliau itu adalah seorang laki-laki dari Bani Ghifar. Ghifar adalah suatu kabilah yang tak tertandingi dalam hal merampok. Orang-orang Ghifar sangat terkenal dengan tindakannya yang melakukan serangan secara tidak benar. Mereka adalah penguasa malam dan kegelapan. Celakalah orang yang tersesat dan berjumpa dengan kabilah Ghifar dalam perjalanan malam.
Abu Dzar telah memeluk Islam tanpa ditunda-ditunda lagi. Urutannya di kaum Muslimin menempati posisi ke lima atau ke enam. Dengan demikian, Abu Dzar telah masuk Islam pada masa-masa awal, bahkan pada saat-saat pertama agama Islam lahir. Ketika Abu Dzar memeluk Islam, Rasulullah Saw. masih mendakwahkan Islam secarasembunyi-sembunyi. Beliau mebisikkan dakwah itu kepada Abu Dzar dan kepada lima orang lainnya yang telah beriman bersamanya. Bagi Abu Dzar, tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukannya ketika itu selain merahasiakan. []
Sumber: Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/ Qisthi Press/ Jakarta, 2015