DENGAN senyum sinis diiringi tawa girang sembari menghunuskan pedangnya, laki-laki Quraisy yang bernama Da’tsur terus mendekat ke arah Rasulullah berada. Begitu Rasul berada tepat di hadapannya, dengan lantang ia berkata, “Hai Muhammad, siapa yang dapat menolongmu sekarang?” Ia sangat yakin, karena Rasul tengah sendirian, tak ada sahabat di sekitar beliau.
Demikian pula tak ada pedang melekat di sisi beliau.
Rasulullah tetap tenang dan menatap tegas ke arah Da’tsur sembari diiringi senyuman. “Allah yang menolongku,” jawab pendek beliau penuh keimanan dan optimis tinggi.
Jawaban tegas beliau yang sederhana itu ternyata kuasa runtuhkan jiwa Da’tsur. Ia terhuyung, demikian pedangnya pun terjatuh.
Hingga saat itu pedang yang jatuh diambil oleh tangan mulia Rasulullah. Beliau pun tersenyum dan mengarahkan pedang itu ke arah Da’tsur, “Sekarang, siapa yang akan menolongmu, hai Da’tsur?”
Da’tsur langsung bersimpuh di kaki Rasulullah dan mengiba kepada manusia terbaik itu, “Hanya engkau, hai Muhammad yang dapat menolongku.”
Nabi akhir zaman itu tersenyum, dan meminta Da’tsur bangkit. Selanjutnya beliau memerintahkan Da’tsur kembali ke kaumnya.
***
Saat Anda dihadapkan dengan masalah, ketika problematika serius terpampang di depan Anda, atau bahkan nyawa Anda terancam, apa yang pertama kali terdetak di hati dan pikiran Anda? Banyak hati dan pikiran yang lepas dari kekuatan iman, hingga terlahir dari lisan yang menyatakan, “gawat, wah bahaya, gimana nih, astagaa,”. Tanpa sadar tak menghujam pada hati kekuatan iman. Tanpa terasa tak tersebut indah Allah swt.
Padahal saat Anda ingin makan, maka segera dalam benak Anda rumah makan menghuni. Saat ban kendaraan Anda bocor, segera Anda ingat tukang tambal ban. Saat Anda sakit, terlontar kata dokter atau obat tertentu dari Anda. Betapa kita begitu kuat ingat sesuatu saat ingin mendera, hingga segera ingat dengannya. Tentu adalah wajar demikian adanya.
Namun, menjadi tidak tepat bila begitu masalah menghadang, bukan kepada Allah kita sandarkan tapi kepada yang lain. Seperti saat sakit mendera, orang beriman segera mengembalikan kepada-Nya, kalimat istirja’ pun terucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”, segala-Nya darinya dan akan kembali kepada-Nya. Setelah itu boleh berusaha dengan berobat, tapi kembali sandarkan kepada-Nya. Karena tidak ada obat yang mujarab, dokter hebat, tanpa kuasa-Nya. Hantarkanlah, “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (asy-Syu’ara : 80)
Alangkah indahnya bila saat masalah terhenyak ingat Allah pertama kali tersemaikan. Karena La haula walaquwwata illa billah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. Dengan demikian akan tenang hadapi masalah, akan kokoh hati dan jiwa hadapi sekuat apapun problematika. Prinsipnya adalah sabda Rasul saw, “Jika engkau meminta sesuatu, maka mohonlah kepada Allah, dan bila engkau meminta pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah kehendaki Allah bagimu, dan jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah dikehendaki Allah bagimu.” (HR Tirmidzi).
Iya, bahkan jika semua manusia sepakat untuk berikan kebaikan atau masalah kepadamu, sungguh tak terjadi kecuali dengan izin-Nya.
Acap kali karena kekuatan diri, intelektual, kekayaan, keturunan atau karena faktor luar; bantuan, koneksi, lalu merasa hebat dengan yang ada. Hingga tak terbiasa mengkaitkan yang terjadi dengan Allah. Padahal tak ada yang terjadi sedikitpun kecuali atas kuasa Allah, hingga satu daun pun yang jatuh tak kan terjadi kecuail karena Allah. Ingat saudaraku, jadikan Allah yang pertama terdetak dalam benak kita.
Saat ada musibah, atas masalah yang mengimpitmu, tenanglah Tuhanmu adalah Maha Kuasa. Di antara garis kasih sayang-Nya adalah bahwa setiap bersama kesulitan selalu hadir kemudahan. Bersama masalah, disana hadir pula solusi atau jalan keluar.
Saat Anda bersama gelap, yakinlah segera datang waktu terang. Setiap malam hari, siaplah fajar menanti. Siapa yang sedang dilanda kesusahan, bahwa pertolongan siap datang secepat kelebatan cahaya dan lebih cepat dari kedipan mata.
Selain itu, dengan selalu menghubungkan dengan Allah, dengan senantiasa sandarkan kepada-Nya saat masalah menghadang, tentu akan lahir ketenangan hakiki. Hingga ia menjadi sebuah kekuatan untuk melangkah lebih lanjut.
Inilah kekayaan orang-orang yang beriman. Allah swt menegaskan, “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(al-Fath [48]: 4).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat di atas menyatakan, “Allah mengabarkan tentang karunia-Nya atas orang-orang yang beriman menurunkan kepada hati mereka sakinah (ketenangan). Allah karuniakan ketenangan dan keteguhan dalam kondisi terhimpit cobaan dan kesulitan yang menggoyahkan hati, mengganggu pikiran, dan melemahkan jiwa. Hingga orang beriman yang sejati, saat masalah mendera, mereka dapat menghadapi dengan jiwa yang tenang dan hati yang teguh. Maka bertambahlah keimanan mereka, semakin sempurnalah keteguhan mereka.
Jiwa yang tenang dan hati yang teguh disertai keyakinan yang kuat “ada Allah” saat hadapi masalah merupakan senjata orang-orang shaleh sejak dahulu. Lihatlah, Ashabul Kahfi –misalnya–, saat mereka mengumandangkan kebenaran tauhid, dan hampir semua orang berusaha menyakiti mereka. Mereka terusir dengan meninggalkan keluarga dan kenyamanan hidup yang tengah mereka nikmati. Lalu tinggal di gua tanpa makanan dan minuman. Keyakinan kepada Allah-lah yang membuat mereka tenang dan membuat mereka mampu bertahan.
Allah berfirman tentang mereka, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (al-Kahfi [18]: 14)
Inilah langkah utama wujudkan harapan Anda, iya saat Anda mendamba dan mencitakan sesuatu, bersujudlah kepada Allah, dan katakanlah, “Waha Zat Yang Maha Kuasa, karuniakanlah harapanku, berikanlah permohonanku.” Saat ada masalah hebat bertubi menghimpit Anda, katakanlah, “Wahai Zat Yang Maha Kuasa, bebaskanlah aku dari masalahku (sebutkan masalah Anda), berilah jalan keluar yang terbaik.”.
Saat Anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun rimbun penuh hijau dedaunan. Seorang ulama salaf pernah berkata, “Ya Allah, aku heran pada orang yang mengetahui kuasa-Mu, tapi ia takut dengan sesama. Aku heran pada orang yang mengetahui luas kuasa-Mu, tapi ia tidak percayakan masa depan kepada-Mu, tidak sandarkan masalah kepada-Mu.” []