INDRAMAYU – Berawal dari pertemuan mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Zulfian dan Fikri dalam suatu kedai kopi, muncullah ide mengendap dalam diskusi panjang. Diskusi yang diawali dari kegelisahan mahasiswa terhadap persoalan minat baca masyarakat Indonesia, termasuk daerah Indramayu.
Fikri, mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam, mengatakan bahwa jika ditelusuri permasalahan pendidikan di Indramayu memang sudah banyak lembaga pendidikan yang berdiri kokoh. “Tetapi tidak menyelesaikan persoalan kemajuan intelektual pemuda dalam menghadapi persoalan hidup dan pengetahuan kehidupan,” ujarnya.
Maka dalam upaya mengentaskan sedikit masalah pendidikan, hal mendasar yang menjadi persoalan serius yakni kurangnya minat membaca. Berangkat dari masalah itu sekumpulan mahasiswa dan para pecinta buku di antaranya: Zulfian, Fikri, Nurul dan Imroatun membentuk pergerakan yang diberi nama “Lapak Aksara” yang bertujuan membentuk budaya membaca dalam ruang terbuka secara gratis untuk masyarakat.
Lapak Aksara merupakan perpustakaan berjalan, berkeliling ke sudut-sudut desa yang terbilang jauh dari kegiatan membaca. Pemberian nama “Lapak Aksara” menurut Zulfian, sebagai mahasiswa filsafat mengatakan sebenarnya nama Lapak Aksara tidak memiliki makna filosofis atau apapun kami lebih suka membiarkan pembaca yang memberikan makna. Intinya, masyarakat bisa membaca gratis dan soal makna identitas nama perpustakaan bisa diskusi sambil ngopi.
Sekalipun perpustakaan jalanan ini masih terbilang baru, dirintis awal bulan April 2017. Komunitas ini rutin mengadakan kegiatan ruang baca gratis setiap hari minggu pagi di lapangan benda karangampel Indramayu. Buku yang dikumpulkan berasal dari milik pribadi lalu digelar dalam satu lapak.
“Kami tidak muluk-muluk dalam membentuk perpustakaan ini, secara pribadi saya cuma pengen masyarakat bisa peka membaca. Membaca buku atau apapun termasuk membaca fenomena kehidupan,” ujar Fikri. []