AMERIKA SERIKAT–Pemerintah Amerika Serikat (AS) dikabarkan tengah mempertimbangkan rencana untuk mengirim lebih dari 14 ribu pasukan ke Timur Tengah. Dilaporkan The Wall Street Journal seperti dilansir AFP mengatakan pengiriman itu termasuk pengiriman kapal sejak awal 2019.
Langkah untuk mengirim ribuan pasukan dilakukan pasca serangan terhadap kapal-pengiriman dan serangan rudal serta pesawat nirawak. Serangan-serangan pada September ini menyasar beberapa kilang minyak Arab Saudi yang menyalahkan Iran.
BACA JUGA: IslaminSpanish, Potret Muslim di Amerika Latin
Seorang pejabat pemerintah AS mengatakan pada Rabu (4/12/2019) bahwa Presiden AS Donald Trump dapat membuat keputusan mengenai jumlah yang disetujui oleh pemerintah pada awal Desember ini. Namun, juru bicara Pentagon menolak berkomentar lebih jauh terkait hal tersebut.
Serangkaian serangan tersebut membuat AS akhirnya memutuskan untuk memperkuat basis militernya di Timur Tengah. AS juga membahas sanksi ekonomi terhadap Iran yang dibahas di daerah tersebut.
Sementara itu, pihak Pentagon membantah kabar yang dikeluarkan terkait permintaan pasukan ke Timur Tengah.
“Untuk dipastikan, laporan (yang dirilis WSJ) salah. AS tidak meminta untuk mengirim tambahan 14 ribu pasukan ke Timur Tengah,” tulis juru bicara Pentagon, Alyssa Farah dalam cuitannya.
Sementara itu Sekretaris Kementerian Pertahanan Mark Esper menerima persetujuan dua regu tempur dan mengirim beberapa pembelaan rudal tambahan ke Arab Saudi. Pada Oktober, totalkan tiga ribu pasukan baru AS.
BACA JUGA: Donald Trump Sebut Diktator Bebas Masuk AS
Sementara pada pertengahan November kapal induk Abraham Lincoln berlayar di sepanjang Selat Hormuz dalam upaya unjuk kekuatan untuk mengamankan sekutu yang khawatir terhadap keselamatan Iran. Presiden Iran Hassan Rouhani sebelumnya memberi sinyal jika pihaknya masih terbuka untuk dialog dengan AS.
Upaya dialog terbuka jika Washington mencabut sanksi ekonomi yang membuat kondisi ekonomi Iran terhambat dan berisiko menyetujui gejolak domestik. Komando Pusat AS, Jenderal Kenneth McKenzie mengatakan AS tidak memiliki semua sumber daya yang diperlukan untuk membantu kawasan Timur Tengah. []
SUMBER: CNN