IRAK—Sekira 60.000 orang dilaporkan telah menderita keracunan akibat pencemaran air di selatan provinsi Basra, Irak.
“Dampak pencemaran air terus meningkat di Basra.Kami telah mendokumentasikan 60.000 kasus keracunan (karena minum air yang tercemar),” ungkap Mahdi al-Tamimi, kepala kantor Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Irak (IHCHR) di Basra, Rabu (12/9/2018).
“Ini adalah bencana lingkungan serius yang memengaruhi kehidupan seluruh penduduk Basra,” tambahnya.
BACA JUGA: Tak Mampu Hentikan Perang Irak jadi ‘Momen Tergelap’ Kofi Annan
Agustus lalu, Kementerian Sumber Daya Air Irak melaporkan bahwa kandungan garam terlarut telah mencapai 7.500 tds (total padatan terlarut) di perairan Shatt al-Arab, yang merupakan sumber utama air minum Basra.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan 1.200 tds sebagai batas maksimum air yang aman untuk diminum.
Pada Agustus lalu, Perdana Menteri Haider al-Abadi telah menginstruksikan pemerintah Basra untuk memperbaiki instalasi desalinasi air yang rusak dan jaringan air yang lapuk.
Dia juga meminta kementerian pertahanan dan transportasi Irak mengalokasikan kendaraan untuk membantu penyaluran air minum ke warga.
BACA JUGA: Kota Porak Poranda, Ribuan Warga Irak Hadapi banyak Kesulitan
Sejak 9 Juli, provinsi-provinsi selatan dan tengah Irak – khususnya Basra – telah diguncang gelombang protes yang menyebar sampai ke ibu kota.
Demonstran menuntut peningkatan utilitas publik – termasuk air dan listrik – kesempatan kerja, dan memprotes praktik korupsi pemerintah. []
SUMBER: ANADOLU