LARANGAN tertawa terbahak-bahak, cukup tersenyum.
Aisyah ra berkata, “Saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW tertawa terbahak-bahak, hingga tampak langit-langit mulutnya, tetapi beliau hanya sekadar tersenyum simpul. Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim.
Larangan Tertawa Terbahak-bahak, Kisah: Al Hasan Al Bashri
Diriwayatkan bahwa Al Hasan Al Bashri pernah bertemu seorang pemuda yang sedang tertawa terbahak-bahak.
Iya berkata kepadanya, “Hai anak muda, apakah kamu yakin bisa melewati shirath (jembatan diatas neraka)?” “Tidak,” jawabnya.
“Apakah kamu sudah tahu pasti akan masuk surga atau neraka?” “Tidak,” jawabnya. “Lalu kenapa kamu tertawa seperti itu?” Setelah mendapat nasihat dari Al-Hasan Al-Bashri, pemuda ini tidak pernah lagi tertawa terbahak-bahak.
Demikianlah nasihat yang disampaikan oleh ulama dulu. Nasihat yang mereka berikan langsung mengenal sampai ke lubuk hati, karena mereka mengamalkan ilmu yang mereka miliki sehingga pengalaman ilmunya bermanfaat bagi orang lain.
BACA JUGA: Allah Tertawa Terhadap 2 Orang Ini
Berbeda dengan ulama zaman sekarang yang tidak mengamalkan ilmunya. Karena itu, nasihat yang disampaikan nya pun tidak dapat bermanfaat bagi orang lain.
Larangan Tertawa Terbahak-bahak, Kisah: Ibnu Abbas RA
Ibnu Abbas RA berkata, “Barang siapa berbuat dosa, sementara ia masih bisa tertawa terbahak-bahak, iya akan masuk ke neraka dalam keadaan menangis tersedu-sedu.”
Orang yang di dunia nya banyak tertawa adalah orang yang di akhiratnya banyak menangis. Sementara orang yang sering menangis di dunia maka ia adalah orang yang akan banyak tertawa di surga.
Larangan Tertawa Terbahak-bahak, Kisah: Ibrahim Al-Nakha’i
Ibrahim Al-Nakha’i berkata, “Ada orang yang berbicara agar dapat membuat orang di sekelilingnya tertawa terbahak-bahak. Allah SWT akan memberkahi orang seperti itu, sehingga murkanya akan menimpa semua orang yang ada di sekelilingnya. Ada juga orang yang berbicara dengan kalimat yang diridhoi oleh Allah SWT, sehingga ia akan mendapatkan rahmat dan rahmat itu akan meliputi semua orang yang ada di sekelilingnya.”
Larangan Tertawa Terbahak-bahak, Kisah: Abdullah Ibnu Amr Ibnu Al Ash
Abdullah Ibnu Amr Ibnu Al Ash berkata, “Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, kalian akan sujud hingga tulang rusuknya patah dan kalian akan menjerit sehingga suaranya habis. Karena itu menangislah kepada Allah SWT jika kalian tidak mampu menangis sendiri menangislah bersama orang-orang yang menangis.”
BACA JUGA: Begini Adab Nabi ketika Tertawa dan Berbicara
Larangan Tertawa Terbahak-bahak, Kisah: Abdullah Ibnu Muhammad Al-Abid
Abdullah Ibnu Muhammad Al-Abid. Ia berpesan, “Siapa meninggalkan perkataan yang tidak berguna, maka ia akan diberikan hikmah. Siapa meninggalkan makanan yang berlebihan maka ia akan diberikan kesempatan untuk merasakan manusia beribadah. Siapa meninggalkan senda gurau, maka ia akan diberikan keanggunan.
Siapa meninggalkan tertawa, maka ia akan tampak berwibawa. Siapa meninggalkan kecintaan, maka ia akan diberikan mahabbah, yakni Jika ia tidak mengharapkan harta orang lain. Siapa tidak suka memata matai, maka ia akan diberikan pemahaman untuk perbaikan agamanya. Siapa Tidak menduga-duga tentang sifat Allah SWT, maka ia akan diberikan keselamatan dari keraguan dan kemunafikan.”
Tertawanya orang beriman berasal dari kelalaian terhadap urusan akhirat. Seandainya ia tidak lalai terhadap masalah akhirat, maka ia tidak akan sempat tertawa.
Larangan Tertawa Terbahak-bahak, Kisah: Abu Dzar RA
Abu Dzar RA berkomentar mengenai firman Allah SWT, “Maka hendaklah mereka tertawa sedikit.” (QS: At-Taubah: 82).
Menurutnya, kehidupan dunia itu tidak ada harganya sama sekali. Karena itu hendaknya kamu tertawa sepuas-puasnya. Tetapi jangan menyesal jika nanti kamu harus berjumpa dengan Allah SWT dalam keadaan menangis tersedu-sedu sebagai balasan dari tertawamu saat di dunia.
Sebagaimana firman-nya, “Dan banyak-banyaklah menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS: At-Taubah: 82)
BACA JUGA: Hati-hati, Tertawa Berlebihan Bisa Picu Kematian
Sementara itu, Abu Dzar menyampaikan sebuah hadis yang menyatakan bahwa Rasululah pernah bersabda: “Jauhilah olehmu banyak tertawa karena banyak tertawa itu akan mematikan hati dan memudarkan cahaya wajah (Kewibawaan).” (HR al-Baihaqi)
Larangan Tertawa Terbahak-bahak, Kisah: Syekh Imam Nawawi
Syekh Imam Nawawi mengutip pesan yang disampaikan Umar bin Khattab yang berbunyi: “Siapa yang banyak tertawa, maka akan berkurang kewibaannya.” Dengan demikian, orang-orang tidak akan segan pada orang yang banyak tertawa dan tidak pula memuliakannya.
Selain itu, Syekh Nawawi juga memberikan nasihat agar umat Islam menghidari banyak bercanda. Beliau kemudian mengutip sebuah hadis Rasulullah, “Bercanda itu merupakan rayuan setan dan tipu muslihat hawa nafsu.”
Pesan Syekh Nawawi tersebut mengingatkan agar masyarakat di era digital ini tidak bercanda yang berlebihan, termasuk di media sosial dan di media televisi. Apalagi, bercanda dengan menyinggung masalah agama.
Telah banyak kasus candaan yang justru membawa permusuhan dan melahirkan kebencian. Karena itu, kasus-kasus tersebut sudah sepatutunya dijadikan ibrah atau pelajaran buat umat Islam agar lebih berhati-hati dalam bercanda.
Syekh Nawawi menjelaskan, sahabat nabi Umar bin Abul Aziz juga pernah berpesan agar umat Islam tidak banyak bercanda. “Hindarilah banyak bercanda karena itu merupakan kebodohan yang dapat menyebabkan dendam”. []
Sumber : Buku: Nasihat Langit untuk Maslahat di Bumi, Oleh: Syekh Abdul Hamid Al-Anquri (Ulama Abad ke-8)