SERANGAN militer AS di Suriah pekan lalu menghapus kewajiban moral yang harus ditanggung Rusia karena menahan sistem rudal anti-pesawat S-300 dari sekutunya, Presiden Suriah, Bashar Assad. Demikian dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada hari Jumat (20/04/2018).
Lavrov juga dikutip mengatakan bahwa, sebelum serangan AS terhadap Suriah, Rusia telah mengatakan kepada pejabat Paman Sam bahwa wilayah Suriah mewakili “garis merah” untuk Moskow, dan tindakan militer AS tidak melewati batas itu.
“Sekarang, kami tidak memiliki kewajiban moral. Kami memiliki kewajiban moral, kami telah berjanji untuk tidak melakukannya sekitar 10 tahun yang lalu, saya pikir, atas permintaan mitra kami yang sudah diketahui,” katanya menurut kantor berita RIA.
Dia juga mengatakan bahwa dia yakin Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump tidak akan mengizinkan konfrontasi bersenjata antara kedua negara mereka.
Seorang komandan militer Rusia juga mengatakan bahwa Moskow akan mempertimbangkan untuk memasok sistem rudal S-300 ke Suriah menyusul serangan yang dipimpin AS.
Amerika Serikat, Prancis dan Inggris meluncurkan 105 rudal pekan lalu sebagai pembalasan atas serangan gas beracun yang dicurigai dilakukan oleh pasukan pemerintah di dekat ibukota.
Menurut analis militer, sistem rudal permukaan keudara S-300 akan meningkatkan kemampuan Rusia untuk mengendalikan ruang udara di Suriah, di mana Moskow mendukung pemerintah Presiden Bashar Assad, dan dapat ditujukan untuk menghalangi serangan AS yang lebih gencar lagi. []
SUMBER: ARAB NEWS