Oleh: Nadya Hartanti Sulaksono
Mahasiswi Universitas Indraprasta PGRI
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
nhartantisulaksono@gmail.com
PERNIKAHAN adalah salah satu Sunah Rasulullah, dan ibadah terpanjang semasa hidup di dunia. Setiap orang menginginkan moment pernikahan yang terjadi hanya satu kali seumur hidup. Sebab, pernikahan menjadi suatu hal yang sakral. Yang menjadikan moment tersebut sebagai penyempurnaan separuh agama islam.
Akad Nikah ialah mengikrarkan janji di depan wali, dan Allah SWT menjadi saksi adalah tanda bersatunya dua insan dari satu keluarga dengan satu keluarga lainnya.
BACA JUGA: Anjuran Menikah dengan yang Sekufu
Perihal jodoh, salah satu takdir yang sudah di gariskan oleh ALLAH SWT untuk setiap hamba-Nya. Saat ini, banyak pasangan muda–mudi yang melangsungkan pernikahan di usia muda karena beberapa faktor. Di antaranya karena sudah menjalin hubungan lebih dari teman yang cukup lama, dan kedua keluarga sudah saling mengenal satu sama lain sehingga merasa cocok juga sudah siap lahir dan bathin, siap berkonsisten dan tanggung jawab. Bahwasanya mengucap janji ikrar bukanlah janji yang biasa, melainkan Janji Suci terhadap Allah SWT.
Namun ternyata, setelah akad nikah dan menjadi satu keluarga yang utuh, bukan berarti faktanya akan selalu bahagia dan menjadi jodoh dunia – akhirat (sehidup – sesurga). Terkadang pasangan yang sudah cukup lama mengenal pun tidak mengenal karakter asli masing – masing.
Maka dari itu, dalam ujian pernikahan banyak sekali yang tidak dapat mempertahankan keutuhan keluarga, sehingga tingkat perceraian semakin tinggi. Itu terjadi karena disebabkan kasus–kasus perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tanga (KDRT), tidak mengerti hak dan kewajiban berumah tangga, dan hal lain nya yang mengakibatkan hancur nya ikatan pernikahan juga trauma yang sangat berat bagi salah satu pihak.
BACA JUGA: Menjomblo, Pacaran atau Menikah, Pilih Mana?
Maka, memilih pasangan yang kita pilih untuk hidup bersama setelah akad nikah tidaklah seperti memilih pakaian yang akan dibeli di factory outlet. Jangan terburu – buru mengambil keputusan karena iri melihat teman–teman sebaya sudah menikah dan berkeluarga. Kita harus siap lahir dan bathin menerima kekurangan nya, di saat suka maupun duka. Siap bahwa yang kita temui setelah bangun tidur, di awal pagi hari dan setiap hari adalah sosok-Nya.
Walaupun jodoh itu di tangan Allah SWT, kita sebagai Hamba-Nya dalam memilih pasangan itu bukan hanya sekedar yang menerima apa adanya (itu memang perlu dan harus), namun yang juga dapat menerima dengan baik, dapat membimbing di dunia dan akhirat, agar bukan hanya bersama di dunia, tetapi juga sampai Surga.
So, lebih baik sedikit terlambat menikah daripada menyesal seumur hidup. []