DENPASAR, BALI—Pengobatan Bekam merupakan pengobatan alternatif yang telah banyak dikenal oleh umat Islam bahkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Dalam suatu hadist yang diriwayatkan Anas Bin Malik dikatakan bahwa Rasullullah melakukan bekam ketika beliau sedang berihram karena nyeri dikepalanya.
Masih dalam hadist yang sama diungkapkan bahwa Rasulullah biasa melakukan bekam di akhdain dan kahil dan biasanya beliau berbekam di tanggal 17, 19, 21.
Bekam merupakan pengobatan dengan melakukan penyayatan, penghisapan, dan pengeluaran darah kemudian ditampung dalam gelas dengan tujuan untuk mengeluarkan zat racun yang tidak terekresikan oleh tubuh. Semua hal mengenai praktek pengobatan bekam dibahas tuntas dalam kajian yang dibawakan oleh Ustadz Dr Faizal Abdillah Shabib pada Kajian Islam Ilmiyah yang diselenggarakan pada hari Ahad (7/1) 2018 pukul 09.00 wita di Masjid Al Fitrah Jalan Gunung Mangu V Monang-Maning Denpasar.
Ustadz Dr Faizal Abdillah Shabib merupakan pendakwah dan praktisi pengobatan Thibbun Nabawi. Saat ini beliau menjabat sebagai Direktur RSIA Wihdatul Ummah Makassar. Ustadz Faizal Abdillah Shabib merupakan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Anggkatan 1996.Selain itu, ia juga mendapatkan amanah sebagai Direktur Al Quran Memorization Training, Pembina Dauroh 40 Hari Menghadal AlQuran AMT. Beliau juga alumni Dauroh 40 Hari Al Quran di Negara Sudan Tahun 2013.
Menurut Dr Faizal, pengobatan bekam sudah dikenal dalam Tradisi yunani Kuno , namun pada saat itu proses bekam banyak menguras darah pasien sehingga darah pasien banyak terbuang. Di Negara China herbalis atau Tabib bernama Gehong dalam bukunya Handbook of Prescripton metodebekam dilakukan dengan tanduk. Lebih ektrimnya di Eropa tindakan bekam menggunakan hewan lintah.
Barulah tahun 300 H di Kota Baghdad , Irak metode bekam mengembangkan metode bekam dengan menggunakan al kayy (besi panas), fashid dan bekam jubb (terbuat dari gelas kaca).
“Di Indonesia metode bekam menggunakan jubb (gelas kaca) dan melumurkan minyak zaitun di tubuh pasien,” jelas Ustadz kelahiran Surabaya, 16 September 1977 ini.
Lanjutnya, bekam merupakan alternatif pengobatan kesehatan selain mengonsumsi obat apabila pasien merasakan sakit pada tubuhnya.
“Bekam merupakan sebaik-baiknya terapi, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Qoyyim Attibun Nabawi bahwa bekam dapat membersihkan permukaan tubuh, dan mengeluarkan darah kotor disekitar kulit, terapi bekam sebaikknya dilakukan saat siang hari pada suhu yang panas,” ungkapnya.
Seorang praktisi bekam harus mengetahui titik-titik yang bisa dilakukan terapi. Perlu diingat pengobatan bekam merupakan terapi alternatif dan apabila seorang pasien mengalami sakit juga wajib dikombinasikan dengan pengobatan medis.
“Tidak disarankan melakukan bekam bagi ibu hamil, seseorang yang memiliki riwayat diabetes mellitus, darah tinggi, maupun kanker,” paparnya.
Ustadz Dr Faizal Abdillah Shabib menambahkan saat ini banyak masyarakat muslim yang belajar menjadi terapis bekam hanya saja masih sebagian kecil yang membuka praktik pengobatan bekam karena terkendala sertifikasi, dukungan dari pemerintah, dan biaya pembelian alat bekam.
“Mudah-mudahan kedepan pemerintah bisa memberikan sertifikasi dan pembinaan secara professional untuk para terapis bekam,” tutupnya. []
Kontributor: Herdian Armandhani, SE