Oleh: Rosandi Ardi Noegraha
Dosen dan Pegiat Sosial
rosandiardinugraha@gmail.com
PENGGUNAAN kebutuhan masyarakat Indonesia akan Closed Circuit Television (CCTV) dilaporkan mengalami pertumbuhan yang tinggi. Dalam dua tahun terakhir, misalnya, pertumbuhan pasar CCTV di Indonesia mencapai 20% per tahun.
Menurut CEO PT Tiga Putera Internasional, Roddy Tjhin, salah satu pemain di pasar CCTV, nilai pasar CCTV di Indonesia bisa mencapai USD 100 juta atau sekitar Rp 1,34 triliun di sepanjang 2017.
Tak dapat dipungkiri kamera CCTV punya banyak manfaat bagi kehidupan manusia, karena itulah wajar setiap tahunnya mengalami peningkatan pengguna teknologi ini.
BACA JUGA: Benarkah Syetan Takut Mendengar Adzan?
Beberapa manfaat CCTV di antaranya mengurasi risiko pencurian dan kejahatan,
memantau sekitar rumah, memonitor kegiatan rumah, jika kamera CCTV kita pasang untuk kantor/toko dsb, ini akan sangat bermanfaat untuk melihat semua karyawan, dan yang terakhir sebagai barang bukti, kamera CCTV menjadi bukti jika terjadi sesuatu nantinya.
Peningkatan penggunaan CCTV berarti menunjukan semakin tingginya tindak kejahatan dan semakin hilangnya rasa kepercayaan kepada sesama.
Hal ini sama saja, bahwa Indonesia sebagai negara beragama, berkeTuhanan dalam kondisi darurat keimanan atau keyakinan kepada Allah SWT dan kepercayaan terhadap sesama.
Padahal dalam agama Islam, terdapat satu konsep yang fundamental pada masalah pengawasan sosial, yaitu konsep keimanan atau keyakinan kepada Allah SWT yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui atau Muroqobatullah.
Ada puluhan ayat dalam Alquran yang berisikan tentang pengawasan Allah SWT, salah satunya adalah,
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ
“Dan Allâh mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan.” (QS. An-Nahl: 19)
Rasulullah SAW, menyebutnya dengan istilah Al Ihsan, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ .رواه البخاري عن أبى هريرة، و مسلم عن أبى هريرة و عن عمر رضي الله عنهما
“(Ihsan ialah) apabila engkau beribadah kepada Allâh seakan-akan engkau melihatNya. Maka apabila engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allâh melihatmu.” (HR. Al-Bukhâri)
Jika kita sebagi pemeluk agama, khususnya sebagai seorang muslim, menyadari dan kembali membangun keimanan, dalam istilah lain di sebut dengan muroqoballah atau perasaan di awasi Allah SWT, ketika berada di jalan raya, tentu takkan curi-curi memacu kendaraan saat lampu merah masih menyala.
Seseorang yang selalu merasa diawasi, merasa percakapannya disadap dan direkam, takkan mungkin berbicara hal-hal yang buruk, merencanakan makar, atau melakukan pembicaraan tak berguna, karena ada rasa malu dan khawatir di hatinya percakapan tersebut sampai ke telinga banyak orang.
Jika merasa diawasi, kita pun takkan mencuri, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum.
BACA JUGA: Kenapa Harus Takut, kan Ada Allah
Ini semua karena kita tidak nyaman, merasa ditatap oleh mata yang bahkan tak pernah berkedip atau lengah. Coba Bayangkan ada sesosok makhluk di samping kita yang senantiasa memperhatikan segala gerak-gerik dan mencatat semua perbuatan kita, nyamankah kita melakukan hal-hal melanggar, saat diperlakukan seperti itu? Tentu tidak, bukan?
Allah Maha Besar, jika karakter _muroqobatullah_ menjadi bagian kesadaran dan menyatu dalam setiap pribadi warga negara Indonesia, maka kebutuhan CCTV secara otomatis berkurang.
Karena itulah salah satu karakter orang beriman adalah selalu merasa diawasi, pasalnya meyakini Allah SWT dan adanya malaikat-malaikatNya adalah rukun mutlak keimanan. Wallahu a’lam bisshowwab. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.