Oleh: Anna Jameela
SORE ini, seorang teman mention saya ‘Anna Jameela, help’.
Di postingannya tertulis; “Serius nanya, Kenapa di dompet suami ada kondom? Seorang teman bertanya pada saya, dan saya bingung musti jawab gimana 😅”
Agak lama saya berpikir, mencoba memberikan saran, tidak satu pun kalimat positif bisa saya lontarkan.
Setelah beberapa saat akhirnya saya pun berkomentar,
“Di situasi demikian, sulit bagi saya berpikir positif apabila istrinya selama ini KB selain kondom.
Dua perbuatan fatal yang tidak bisa saya maafkan dari lelaki (suami),
- Meniduri wanita selain saya,
- KDRT (tanpa alasan).
Tapi yang nomor satu, selain dosa, tentunya melukai teramat sangat!
Karena begini, dua hal yang saya sebutkan di atas ada korelasinya.
Apabila lelaki melakukan perbuatan yang nomor satu, lama kelamaan berpotensi melakukan perbuatan yang nomor dua.
Bila dia (lelaki) melakukan perbuatan yang nomor dua terlebih dahulu, potensi melakukan perbuatan yang nomor satu lebih besar.
Allah Maha Pengampun, tapi sebagai wanita, saya tidak mau hidup konyol bersama lelaki yang tidak tahu diri, menikahi anak orang hanya untuk disakiti, lebih bijaksana pulangin ke orang tuanya, baru setelah itu terserah, mau tidur sama gedebong pisang juga boleh.”
(Jujur, di komentar terakhir saya emosi).
Teringat sebuah artikel, seorang pakar pernikahan memaparkan alasan lelaki selingkuh tidak semata karena tidak mencintai istrinya lagi.
Namun, mereka (lelaki) adalah sosok yang butuh pengakuan serta ingin membuktikan eksistensi diri dengan mempraktekkan ‘kehebatan’ bersama wanita yang bukan istrinya.
Terlepas dari itu semua, bagaimanapun juga, istri mana yang rela suaminya meniduri wanita lain?
Probelamatika ironis yang tak henti-hentinya mewarnai kehidupan rumah tangga.
Ada berapa banyak curhatan dari sesama wanita yang saya tampung, dengar, bahkan tidak semuanya sanggup saya tulis.
Kisah miris bagaimana suami-suami mereka memperlakukan sesuka hati.
Bahkan, kemarin malam seorang kawan japri via WA pukul 00.32 WIB, bercerita kisah pilu seorang istri yang minta solusi menghadapi suaminya yang selingkuh terang-terangan, video call, bermesraan dengan wanita yang tidak lain adalah teman istrinya sendiri.
Sembari membaca chat, saya berpikir. Saat berbuat begitu di mana letak akal lelaki yang katanya kerap mengedepankan logika daripada perasaan?
Apakah itu sebuah kisah yang paling pilu?
Tidak.
Ada satu kisah yang lebih miris lagi, seorang suami pulang ke rumah membawa wanita selingkuhannya kemudian masuk kamar, padahal isti sahnya ada di rumah, membukakan pintu, menyaksikan lelaki yang menikahinya itu memeluk wanita lain dengan penuh mesra.
Usai bercinta, tanpa rasa berdosa, disuruhnya sang istri membersihkan sprei dengan ceceran lendir lalu pergi lagi bersama wanita selingkuhannya tersebut.
Allah…
*istighfar saya berkali-kali saat menulis bagian ini.
Lelaki…
Apa sebenarnya yang ada di benak kalian?
Ketika Allah menciptakan wanita dengan titik terlemah yakni perasaan. Di titik lemah mereka itulah justru kalian cabik-cabik, kalian koyak dan injak hatinya.
Tak sadarkah kalian punya anak perempuan?
Tak punya saudara perempuan?
Atau, jika tak punya keduanya, pasti memiliki ibu, bukan?
Ibu, iya, wanita yang melahirkan seluruh lelaki yang ada di dunia ini, termasuk lelaki yang melukai perasaan istrinya.
Bagaimana jika posisinya dibalik?
Apa kalian masih tega menyakiti perempuan bila kenyataannya hal itu menimpa anak, saudari, atau ibu kalian sendiri?
Lelaki, perasaan kalian memang Allah ciptakan lebih kuat daripada perasaan perempuan, bukan berarti dengan begitu kalian boleh menyakiti.
Wanita yang kalian lukai itu, adalah anak yang sangat dicintai orang tuanya. Diasuh dengan sepenuh sayang.
Kalian datang ke rumah orang tuanya, dipinta baik-baik, dibawa pergi, lantas disakiti?
Hari ini, boleh saja kalian tersenyum penuh kemenangan melihat air matanya berderai, menyaksikan suaminya bergurau manja atau menyiksa hatinya dengan luka penuh penuh darah.
Tapi ingatlah, saat Allah mencabut ruh kalian lewat ubun-ubun, dia wanita, istri sah yang tiap hari dalam bait do’anya memohon kebaikan untuk kalian suaminya tercinta, kelak dengan tegak dia berdiri di depan mahkamah Allah, minta keadilan, minta dibayar tiap tetes air mata yang pernah berderai itu, supaya diganti dengan hukum yang sama.
Lelaki, apakah lupa, siapa tameng utama istrimu saat berbatasan dengan neraka kelak?
Siapkan jawaban terbaik kalian untuk menjawab satu demi satu pertanyaan Allah di akhirat nanti ketika istrimu menuntut balas!
Bukan istri yang kurang cantik alasan lelaki selingkuh, bukan sebab tubuh istri gemuk\kurus yang membuat lelaki melirik wanita lain, bukan juga karena istri ‘tak enak lagi dipakai’ hingga lelaki lebih berhasrat pada wanita lain kemudian selingkuh, tapi … hilangnya rasa syukur seorang suami yang sejatinya layak menjadi contoh bagi anak istrinya.
Bukankah rasa syukur seharusnya dijunjung tinggi dalam rumah tangga?
Bila hilang rasa syukur itu, maka lihatlah, kehancuran apa yang akan terjadi.
Semoga tidak ada lagi lelaki yang dzhalim terhadap perasaan perempuan. Aamiin allahumma aamiin. []