SEORANG pencuri mengendap-endap mencari segala macam benda berharga di sebuah rumah. Disusuri seluruh sudut dengan tangan dan matanya, rupanya ia tak menemukan apa pun. Kosong.
Tak ada satu pun barang berharga di rumah sang imam yang terkenal. Karenanya, ia pun bergegas untuk pergi. Segera. Agar tidak ketahuan.
Tepat ketika pencuri itu beranjak pergi, terdengarlah suara dari arah belakang, “Assalamu’alaikum.”
Ternyata sang pemilik rumah ialah Malik biin Dinar.
Pencuri itu merasa aneh, sebab yang diucapkan oleh sang imam adalah ucapan salam, namun pencuri itu tetap menjawabnya, “Wa’alaikumussalam.”
BACA JUGA: Fakta tentang Dinar dan Dirham
Mulianya akhlak imam ini. Bahkan kepada orang yang berniat buruk di rumahnya, beliau mengucapkan salam. Bukankah cukup bergerak sembunyi-sembunyi, mengambil kayu atau pemukul lain, lalu menyergapnya dari belakang?
Lantas, apa yang terjadi setelah pencuri itu menjawab salam Malik biin Dinar?
“Engkau,” Malik biin Dinar memulai percakapannya, “tidak mendapatkan sedikit pun dari dunia di rumahku ini.” Ia menawarkan, “Apakah engkau menginginkan sesuatu dari akhirat?”
Tanpa pikir panjang, pencuri itu menjawab, “Ya.”
“Kemarilah, ambillah air wudhu dari tempat air itu,” ucapnya sambil menunjuk ke tempat air. “Lalu,” perintahnya kemudian, “dirikanlah shalat dua rakaat.”
Anehnya, pencuri itu pun mau. Padahal, bisa saja dia kabur dengan menyelinap di keheningan malam. Barangkali, itu sudah menjadi jalan hidayah baginya.
BACA JUGA: Shalat Malam Malik bin Dinar
Lepas tunai mendirikan shalat, pencuri itu diminta tinggal. Kata Malik biin Dinar, “Tetaplah di sini hingga esok pagi.”
Rupanya, pencuri itu mengiyakan ajakan sang imam untuk kesekian kalianya. Pagi harinya, keduanya menuju masjid untuk dirikan Shubuh berjamaah.
“Siapakah yang berjalan bersamamu?” tanya sahabat-sahabat Malik biin Dinar.
Jawab beliau menerangkan sembari tersenyum manis, “Dia datang ingin mencuri. Namun, ternyata, aku yang kini ‘mencuri’ dirinya.” []
SUMBER: JALAN SIRAH