Oleh: Wardah Abeedah
Anggota Revowriter dan Pemerhati Anak
Bunda, ayah..
Pernahkah dijuteki seseorang yang kita kenal apalagi yang kita sayangi?
Bila jawabnya pernah, bagaimanakah perasaan kita?
Bunda, ayah,,,
Pernahkah dimarahi bahkan sering menjadi sasaran amarah oleh seseorang baik itu bos, klien atau pasangan, padahal menurut kita kesalahan atau perilaku yang kita lakukan tak pantas dibalas seburuk itu?
Bunda, ayah,,,
Pernahkah mengalami KDRT?
Atau dipukul dan disakiti seseorang secara fisik?
Pernahkah tinggal bersama orang yang begitu kasar, suka membentak ketika kita salah? tak mau memahami kita apalagi menghargai kebaikan-kebaikan kita? Nggak nyambung saat bergaul dengan kita?
Akan seperti apa kira-kira rasanya?
Bunda, ayah,,,
bagaimana jika si pemarah yang suka membentak, si kasar dan suka main fisik itu kita?
Kita membentak, menyakiti secara lisan, mencubit anak kita ketika mereka melakukan sesuatu yang menurut yang seru di mata mereka tapi salah menurut kita?
Padahal mereka melakukannya karena akalnya belum sempurna. Karena kita belum optimal mengajarkan mereka untuk membedakan baik-buruk.
Pada usia dininya, kepribadian mereka hanyalah buah dari apa yang kita tanam.
Bagaimana cara kita membesarkan mereka. Itulah mereka saat ini. Lalu, apakah pantas mereka kita salahkan atas perilakunya yang tak kita suka?
Bunda, ayah,,,
Bagaimana jika si jutek, si nggak asik, dan si nggak nyambung itu kita?
Yang jika sedang banyak kerjaan kantor, sedang bermasalah dengan pasangan, sedang asik ngobrol dengan tamu atau chat dg teman berubah jadi manusia cuek plus miskin senyum.
Yang tak pernah mau memahami perasaan dan jalan berfikir anak.
Yang enggan berdiskusi soal pilihan anak dan keinginan anak.
Yang tak mau bermain dan menyelami dunia anak yang berbeda dengan manusia dewasa.
Hanya karena anak tak melawan ketika kita kasari, bukan berarti mereka bukan manusia.
Anak, sebagaimana kita orang dewasa adalah manusia yang Allah karuniakan akal serta naluri atau perasaan.
Hati mereka bisa terluka ketika kita menyakitinya.
Dan sebagaimana gelas-gelas kaca, sekalinya kita meretakkan apalagi memecahkannya, meski kita berusaha memperbaiki, keadaannya tak akan sama seperti semula.
Itulah mengapa Rasulullah SAW selalu bersikap lembut kepada anak-nak dan cucu-cucu beliau.
Abu Hurairah ra berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin ‘Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqra’ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata, “Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallampun melihat kepada Al-‘Aqro’ lalu beliau berkata, “Barangsiapa yang tidak merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati.” (HR Al-Bukhari no 5997 dan Muslim no 2318)
Begitulah keteladanan dari manusia paling mulia. Dalam kitab-kitab hadits, kelembutan dan kasih sayang Rasulullah ketika berinteraksi dengan anak kecil banyak tercatat. Anak adalah mahluk kecil nan suci tanpa dosa. Akal dan hatinya masihlah diliputi fitrah. Di usia ini, membentuk kepribadian mereka akan menancap kuat dan mengakar. Apapun yang kita berikan bagi potensi akal dan nalurinya akan melekat dan susah dihapus, bagai mengukir di atas batu. Maka di usia yang potensial ini, ukirlah kebaikan-kebaikan dengan hati-hati dan penuh kesungguhan.
Pekerjaan rumah bisa ditunda. Sebagaimana tugas kantor atau kesibukan mencari nafkah tak pernah ada selesainya. Namun masa kecil anak tak akan pernah terulang. Fase-fase pemberian nutrisi akal dan pemenuhan naluri-naluri yang berbeda di setiap usia mereka tak bisa direply.
Kehidupan layak yang sedang kita perjuangkan, kesibukan aktivitas dan keseruan kita bersosialisasi dengan teman bisa menunggu. Namun kesalehan anak tak bisa menunggu. Waktu terus berjalan sementara jatah umur terus berkurang. Pertumbuhan usia anak tak bisa dihentikan sedangkan kesempatan kita tak bisa diulang.
Maka bunda, ayah,,,
Mari segera berbenah. Belajar dan berupaya menjadi pribadi yang bisa memenuhi hak-hak mereka, termasuk hak kasih sayang. Karena mereka adalah amanah yang kelak akan diambil pemiliknya.
Berjuang agar mampu bersabar dalam membentuk mereka menjadi pribadi Islami sebagaimana tuntutan Allah, Sang Pemilik yang menitipkan mereka pada kita.
Bersungguh-
sungguh mewujudkan visi pendidikan yang sudah ditetapkan Allah bagi kita. Yaitu menjadikan mereka hamba Allah, yang taat, tunduk dan patuh padaNya. Serta menjadikan mereka khalifah fil ardh.
Bismillah…