ADA kepercayaan umum di seluruh dunia bahwa jika Anda seorang perempuan Muslim berjilbab, maka agak terbatas dalam menentukan pilihan, terutama ketika menyangkut urusan olahraga.
Media internasional sering menggambarkan perempuan Muslim berjilbab sebagai orang yang tidak bisa apa-apa: tinggal di rumah sebagai ibu dan hanya menghabiskan hari-hari mereka berbelanja dan memasak untuk suami mereka. Namun ini adalah jauh dari kenyataan karena perempuan berkerudung sama seperti perempuan yang lain, mereka dapat berpartisipasi dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari, termasuk olahraga.
Lena Rodgers adalah wanita yang berasal dari Suriah yang tinggal di Dubai. Sehari-hari ia bekerja sebagai eksekutif media sosial sebuah perusahaan. Tapi di malam hari dan akhir pekan dia ternyata fokus berlatih sepak bola, karena itu merupakan hobinya.
Pertama Kali Tertarik dengan Sepak Bola
Pada usia 9 tahun, Lena pertama kali melihat permainan sepak bola, yaitu saat ia harus menemani ibunya untuk menjemput adik di sekolah sepak bola.
“ibu membawa saya untuk menonton dan saya tidak bisa hanya berdiri di sana, merasa ada naluri mendesak untuk ikut bermain juga,” akunya seperti dilansir OnIslam.
Sebagai seorang anak perempuan, Lena lebih tertarik dengan sepak bola daripada kegiatan lain. Menurut Lena, sepak bola adalah salah satu olahraga terbaik dan menyenangkan. Anak perempuan lain tidak benar-benar tahu Lena sedang bermain sepak bola, karena pada saat itu masih dianggap sebuah konsep baru dan budaya yang aneh untuk anak perempuan bermain sepak bola.
Mulai Menekuni Dunia Sepak Bola
Ketika ia mulai sekolah SMA, Lena masuk ke tim sepak bola anak perempuan dan perlahan-lahan gagasan seorang gadis bermain sepak bola diterima oleh sebagian orang.
“Saya adalah anak dengan olahraga serba bisa, menangkap dan melempar adalah bakat saya yang lain,” kata Lena.
Pada usia 9 tahun, Lena mulai mengikuti pelatihan sepak bola dengan seorang pelatih profesional. Sang pelatih adalah mantan pemain sepak bola profesional yang cedera, dan dialah yang membantu Lena dalam mengembangkan keterampilan bermain sepak bola. Beberapa tahun kemudian, ia mulai belajar keterampilan sepak bola sendiri, dan berlatih dengan timnya di Dubai College.
Menurut Lena, perbedaan antara fasilitas pembinaan sepak bola saat itu dan sekarang sangat besar.
“Saat ini saya melatih sepak bola anak perempuan, satu hal yang saya tidak penah bisa saya pelajari sampai umur saya 20 tahun. Anak perempuan sekarang yang berusia sekitar 4-12 sekarang ini, sangat beruntung bisa berlatih dan belajar sepak bola tanpa takut mendapat cap jelek dari masyarakat. Itu yang membuat saya sedih, karena ketika saya di usia mereka, saya menemukan bakat ini secara alami dan saya harus berlatih dan belajar sepak bola secara sembunyi-sembunyi,” jelasnya.
Reaksi dari Keluarga dan Masyarakat Luas
DARI awal karir sepak bolanya, Lena sangat beruntung memiliki dukungan penuh dari keluarga. Meskipun dia mengakui bahwa dia masih mendapat reaksi dari keluarganya yang terkejut setelah memberitahu bahwa dia bermain sepak bola.
Mereka melihat sebagai seorang perempuan namun tidak habis pikir bagaimana bisa Lena benar-benar pandai memainkan permainan anak laki-laki itu. Namun pada kenyataannya, Lena bermain sebagus saudara-saudaranya, dan kadang-kadang lebih baik, dia unggul dan terampil di pertahanan.
“Saya menemukan diri saya lebih baik dalam sepak bola, karena kadang-kadang permainan saya lebih baik daripada anak laki-laki, sehingga itu alasan yang sangat masuk akal untuk melanjutkan sebagai pesepak bola. Saya juga bintang pertahanan, dan pujian itu membuat saya terus bersemangat. Saya tergantung pada sepak bola dan saya merasa berguna karena hal itu,” jelas Lena.
Gairah, bakat dan tekad Lena untuk bermain di liga amatir membuatnya memenangkan liga Asosiasi Sepakbola Wanita Dubai dengan timnya Arabian Leopards, dan kemudian Lena pindah ke tim Sandstorm. Lena juga bermain di liga dan turnamen campuran. Liga ini merupakan pertandingan baru yang dimulai pada tahun 2014, namun saat ini tidak ada tim profesional untuk perempuan di UAE. Semua klub lokal berorientasi pada pemain laki-laki.
Pemain Bola Laki-laki VS Pemain Bola Perempuan
Di luar lapangan, orang biasanya terkesan, tapi tidak mengharapkan bahwa seorang pemain sepak bola adalah seorang perempuan. “Saya merasa bahwa saya harus membenarkan kepada mereka bahwa saya baik sama seperti mereka. Standar diatur di mata mereka setelah mereka melihat seorang gadis dan pada saat itu masih dianggap tabu bahwa seorang perempuan bermain sepak bola. Itu yang membuat tugas pesepakbola wanita jauh lebih sulit daripada pesepak bola pria, mereka perlu melakukan upaya ganda untuk mendapatkan rasa hormat dari penonton,” ujar Lena.
Di lapangan, pemain laki-laki tidak ingin menyakiti pemain bola perempuan, bahkan sebagian besar enggan bermain melawan pemain bola perempuan. Bagian yang lebih menjengkelkan untuk Lena adalah ketika laki-lak tidak mengizinkan pemain bola perempuan untuk bermain, dengan alasan perempuan akan merugikan mereka dalam permainan ini.
Dari Hobi Menjadi Profesi
Lena menganggap sepak bola tidak hanya sebagai hobi dan cara hidup, tapi dia juga menjadi pelatih sepak bola. Dia mencintai segala sesuatu tentang sepak bola karena permainan keras ini mengajarkan kerja tim, refleksi, perbaikan, kebugaran, kegembiraan, urgensi, kesadaran lingkungan, konsentrasi, dan penanganan situasi di bawah tekanan. “Hampir semuanya terdapat dalam sepak bola. Hal ini juga membuat saya sangat senang,” ungkap Lena. []