SIAPA bilang orang yang memiliki keterbatasan fisik tidak dapat melakukan aktivitas yang sama seperti orang normal pada umumnya?
Hal di atas terbantahkan dengan fakta mengharukan dari sepasang sahabat di Kota Malang. Meski, kedua sahabat ini saling memiliki keterbatasan satu sama lainnya, namun mereka saling membantu melengkapi keterbatasan itu.
Dilansir merdeka.com, Sugeng Wahyudi dan Agung Widyantono adalah dua sahabat sejati yang selalu bersama-sama menyusuri panasnya aspal jalanan Kota Malang. Mereka bersama-sama menyusuri jalan raya di Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.
Agung memiliki keterbatasan kakinya yang lumpuh, sementara Sugeng ialah seorang tunanetra (buta). Sehingga, akhirnya Agung berfungsi sebagai mata sekaligus mengendalikan kemudi kursi roda yang didorong Sugeng.
Selama berjualan, keduanya hanya membawa satu karung plastik kerupuk yang diletakkan di belakang sandaran kursi roda. Perjalanan dimulai dari tempat tinggalnya di Kawasan Bandulan, Kota Malang menuju arah Kepanjen, Kabupaten Malang.
Mereka menjajakkan dagangan kerupuknya dengan harga Rp 10 ribu per bungkus. Mereka menjalani aktivitas tersebut dengan mengandalkan kemampuan satu sama lain dan menjalaninya dengan penuh semangat yang tinggi.
Tak disangkan, profesi yang dijalani mereka berdua ini ternyata sudah satu tahun menjajakan kerupuk bersama.
Mereka berdua selalu bersama-sama menyusuri panasnya aspal sepanjang puluhan kilometer, demi memperoleh nafkah hidup dari hasil berjualan kerupuk udangnya.
Mereka tak mengenal lelah dalam mengejar rizki dari-Nya meski dengan kondisi penuh dengan keterbatasan.
Jika mereka yang terbatas saja tidak lelah mencari rezeki Allah SWT di tengah panasnya marahari, lantas mengapa kita yang normal cenderung pasrah dan masih asyik tidur-tiduran mengandalkan harta orangtua? Ehm…[]