Oleh: Feby Arma Putra
Guru SMPIT Insan Cita Serang (ICS) Banten, febyarmaputra@gmail.com
SETIAP pekan biasanya saya berangkat ke Markas Dakwah untuk latihan Beladiri Thifan Tsufuk. Malam ini saya berangkat dengan menggunakan sepeda motor. Pulang dari latihan sudah jam 12 malam, sehingga saya tidak mengecek lagi kondisi bahan bakar kendaraan yang saya gunakan. Lalu pada pagi harinya, saya pergi mengantar istri mengajar. Sebelum berangkat saya sempat memperhatikan speedometer, jarum penunjuk bahan bakar menunjuk ke huruf F. Saya kira itu berarti full.
Sebelum berangkat saya sempat ragu, kok F padahal belum mengisi sudah 2 hari. Tapi saya abaikan. Setengah perjalanan tiba-tiba motor mati. Setelah dicek-cek ternyata saya tertipu. Tertipu oleh speedometer. Ternyata bensin saya habis sehabis habisnya. Ya… tertipu dengan tampilan, tertipu dengan topeng yang terlihat.
Bagaimana jika dengan kehidupan? Betapa banyak diantara kita yang hidup penuh dalam kepura-puraan dan kepalsuan. Ingin terlihat berbeda dan terlihat lebih sempurna dari aslinya. Tidakkah merasa capek berpura-pura terus? Ingin terlihat sholeh di depan orang lain, tetapi ketika sendiri jadi “tholeh”. Banyak yang seperti ini? Banyak banget. Ada orang yang ingin terlihat sebagai orang baik di depan manusia, tetapi sebenarnya itu cuma kamuflase saja.
Banyak motifnya; bisa karena ingin mendapatkan nama baik, bisa karena ingin menang dalam pilkada atau pemilihan lainnya, dan motif-motif lainnya. Mereka inilah manusia bertopeng, yang kemana-mana, di depan orang lain selalu memakai topeng, menggunakan berbagai strategi pencitraan agar topeng terlihat seperti asli. Ibarat emas asli/emas murni akan mahal harganya, tetapi emas imitasi tidak sedikit orang yang mungkin dikasih gratisan pun akan menolak.
Sampai kapan kita mau berpura-pura? Berhentilah menjadi manusia bertopeng! Ayo lepaskan dulu topengmu! Jadilah yang asli, karena Allah Subhanallahu Wata’ala tidak menerima sesuatu kecuali hanya yang Asli saja. Sebagus apapun topeng yang kita gunakan, itu tidaklah bernilai di mata Allah Subhanallahu Wata’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al-Baqarah: 8-10)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS.An-Nisa: 145)
Berpura-pura untuk sesuatu yang fana adalah kesia-siaan. Sejatinya kita bukan saja menipu manusia tetapi juga menipu Allah Azza Wajalla. Manusia bisa tertipu, tetapi Allah Azza Wajalla tidak! ishlah diri menuju lebih baik tanpa berpura-pura adalah solusinya, sebelum terlambat. Ingatlah bahwa orang yang tulus dan “berwajah satu” akan tetap terdepan dan mulia di hadapan Allah Azza Wajalla, sedangkan orang yang bermuka “TOPENG” akan terhina dan binasa.
“Ya Allah selamatkan kami dari riya’ dalam hati kami. Selamatkanlah kami juga dari sifat kemunafikan dan semisal itu,” aamiin. []