RAS AL-NAQOURA—dalam pertemuan militer dua negara yang dipimpin penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa, Senin (6/2/2018), Libanon menyatakan tembok yang hendak dibangun oleh Israel di perbatasan merupakan bentuk pelanggaran kedaulatan.
Militer Israel sebelumnya menyatakan pekerjaan konstruksi tembok itu dilakukan di wilayah berdaulat negaranya.
Pemerintah Libanon menyatakan tembok itu melintasi wilayah negaranya. Namun, jika merujuk pada garis biru PBB yang menandakan penarikan Israel dari Libanon selatan, 2000 lalu, lokasi itu berada di sisi Israel.
Ketidaksepakatan soal tembok tersebut, ditambah rencana Libanon untuk mencari minyak dan gas alam di perairan sengketa, membuat ketegangan antara Israel dan Libanon meningkat.
Membahas sengketa ini pada pekan lalu, menteri pertahanan Israel menuding Hizbullah melakukan provokasi. Dia menyatakan negaranya telah menarik diri sesuai dengan perbatasan yang diakui internasional.
Kedua pihak bertemu di bawah pengawasan pasukan penjaga perdamaian PBB, UNFIL, dalam pertemuan rutin di posisi PBB di Ras al-Naqoura di perbatasan.
“Pihak Libanon meninjau masalah tembok yang hendak dibangun musuh-musuh di Israel … mengonfirmasi posisi pemerintah Libanon menolak pembangunan tembok yang melanggar kedaulatan Libanon itu,” kata tentara Libanon usai pertemuan.
Libanon adalah rumah bagi kelompok Hizbullah yang didukung oleh Iran. Organisasi tersebut berperang dengan Israel dalam konflik besar pada 2006 lalu. []
SUMBER: REUTERS