Oleh: NS Risno
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku dengan satu perkara yang aku akan berpegang denganya?
Rasulullah menjawab, “Katakanlah Rabbku adalah Allah lalu istiqomahlah.”
Sahabat itu bertanya lagi, “Wahai Rasulullah apakah yang Engkau khawatirkan atasku?
Rasulullah memegang lidah beliau sendiri kemudian Beliau bersabda, “Ini.” (HR: Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Lidah tak bertulang. Lidah kecil bentuknya tapi besar manfaatnya, besar pula bencana yang bisa ditimbulkanya. Lidah bisa mendatangkan banyak kebaikan, tapi juga banyak keburukan. Lidah dapat menumpuk banyak pahala, namun juga dapat menumpuk banyak dosa. Lidah mampu mengantarkan pemiliknya, menuju surga tapi sekaligus bisa melemparkanya ke jurang neraka.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya ada seorang hamba benar benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhahan Allah, dia tidak menganggapnya penting, dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikanya beberapa derajat.
Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting, dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal kedalam neraka jahanam.” (HR: Bukhari).
Jika lidah digunakan untuk perkara perkara yang diridhai Allah, maka lidah akan mendatangkan banyak kebaikan. Pahala, serta dapat mengantarkan pemiliknya menuju surga. Tapi jika lidah digunakan untuk perkara perkara yang dimurkai Allah, maka lidah akan mendatangkan banyak keburukan, dosa serta melempar pemiliknya ke jurang neraka.
Karena itulah setiap kita hendaknya berusaha untuk menjaga lidah. Berhati-hati sebelum menggunakan. Berpikirlah dahulu apakah yang keluar lewat lidahnya, perkara yang diridhai Allah ataukah justru yang dimurkai-Nya. Apakah yang keluar dari lidahnya membawa kebaikan dan manfaat, ataukah justru mendatangkan keburukan dan bencana.
Hasan Al Basri pernah berkata, “Sesungguhnya lidah orang mukmin berada dibelakang hatinya. Apabila ingin bicara tentang sesuatu maka dia merenungkan dengan hatinya terlebih dahulu, kemudian lidahnya menunaikanya. Sedang lidah orang munafik berada didepan hatinya.Apabila menginginkan sesuatu maka ia mengutamakan lidahnya dari pada memikirkan terlebih dulu dengan hatinya.”
Dan untuk itu, agar kita semua selamat dari bahayanya lidah, Nabi kita, Nabiyullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan.
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau ( jika tidak ) diamlah.” (HR: Bukhari dan Muslim). Wallahu A’lam bishawab. []
Terbono, November 2017