Oleh: Ilham Ramadhan
ramadhanilham2712@gmail.com
MAKSUD dari ungkapan yang menyatakan bahwa diam itu emas dan berbicara itu perak adalah diam itu lebih baik daripada berbicara sembarangan atau tidak bermanfaat bagi pendengarnya. Tapi berbicara yang bisa menimbulkan manfaat bagi pendengarnya, tentu akan jauh lebih baik.
Tetapi apabila perkataan itu salah dan di campuri dengan emosi yang tidak terkontrol, tentu akan sangat berbahaya karena bisa menyakiti perasaan orang lain. Dalam kondisi seperti inilah, diam itu bagaikan emas yang sangat berharga. Diam itu emas, diam adalah ibadah yang tanpa bersusah payah, diam adalah perhiasan bibir tanpa berhias, diam adalah kehebatan tanpa kerajaan, benteng tanpa pagar, kekayaan tanpa meminta kepada orang, istirahatbagi kedua malaikat pencatat amal, penutup segala aib.
Dalam sebuah hadis riwayat Athabroni, Rasulullah SAW bersabda, “Kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh anak Adam adalah pada lidahnya.” Rasulullah SAW juga bersabda,“Orang yang paling saya cintai di antara kalian dan paling dekat denganku adalah orang yang baik akhlaknya, dan orang yang paling saya benci di antara kalian dan paling jauh denganku adalah orang yang jelek akhlaknya, yaitu orang yang banyak bicara, orang yang menghina orang lain dengan perkataannya dan orang yang sombong.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi ad-Dunya).
Dan Rasulullah SAW juga bersabda, “Orang Islam itu adalah orang yang menyelamatkan orang Islam lainnyadari kejahatan lidahnya dan tangannya.” Lidah dan tangan merupakan dua anggota tubuh yang berpotensi untuk mendatangkan kebaikan dan keburukan.
Diri kita akan dinilai orang sebagai seorang muslim yang baik, jika mereka merasa aman. Jika mereka merasa resah atas kehadiran kita. Maka kita perlu memperbaiki diri.
Ada peribahasa yang menyatakan “mulutmu harimaumu.” Artinya bahwa perkataan seseorang itu bisa menyakiti perasaan orang lain, bagaikan harimau menerkam mangsanya. Jika di ibaratkan, perkataan yang menyakitkan itu seperti paku yang menancap di dinding, walaupun sudah di cabut tetap saja meninggalkan bekas.
Semua perkataan kita kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. []