KEPUTUSAN Christine Wu memeluk Islam pernah mendapatkan perlawanan keras dari keluarga, terutama sang ayah. Didikan ayah yang berlatar belakang militer benar-benar mewajibkan disiplin ritual keagamaan yang dianutnya sejak kecil. Chritine pun mengakui, dia pernah menjadi anak altar.
Namun, begitulah hidayah. Jika Allah menghendaki, dia akan datang kepada siapa saja. Perkenalan sosok yang pernah meraih sejumlah penghargaan, antara lain, sebagai ‘wanita pilihan’ Jawa Timur dan perempuan inspiratif dari sebuah majalah perempuan itu dengan Islam berawal dari aktivitasnya selama di perguruan tinggi.
Pemilik nama lengkap Christine Wuryanano ini mendapatkan banyak keajaiban sebagai Muslim yang terpanggil. Islam dikenalnya melalui teman dekat di kampusnya. Saat menginap di rumah kawannya, dia mengamati keluarga mereka merupakan Muslim taat dan terasa sejuk.
Pernah, satu ketika dia melihat keluarga temannya shalat berjamaah lima waktu. “Saya tanya teman saya, kamu ibadah kok setiap hari bareng-bareng, itu apa, kok saya melihatnya sejuk ya,” tanya Christine.
Sejak saat itu, Christine mulai mempelajari Islam, dari buku-buku, internet, bertanya dengan teman, belajar shalat, belajar Al-Quran. Tetapi, saat kuliah hingga lulus pun hatinya belum tergerak untuk memeluk Islam. Meskipun dia terus menerus belajar Islam. Dia pun melakukannya dengan diam-diam tanpa sepengetahuan keluarganya.
Setelah lulus kuliah, fokusnya teralih sementara dengan Islam. Dia sibuk bekerja sampai bertemu dengan pria idaman yang kelak akan menjadi suaminya pada 1992. Christine yang saat itu bekerja sebagai marketing di salah satu perusahaan valas bertemu dengan seorang pria.
Pria tersebut merupakan seorang pebisnis yang ingin berinvestasi kepada perusahaan tempat Christine bekerja. Christine pun tertarik dengan sikap dan keluarganya yang hidup sebagai Muslim taat.
Wunarno nama pria tersebut, kembali menyemangatinya belajar mendalami Islam. Sampai, satu hari, dia mengajak Christine mengucapkan syahadat. Kedekatan Wunarno dengan Christine tak terhenti di sana.
Setelah mengucap kedua kalimat syahadat, Wunarno mengajak menikah Christine. Christine pun mengenalkan calon suaminya kepada kedua orang tuanya. Tapi, sayang, hubungan mereka mendapatkan pertentangan.
Setelah berdiskusi panjang, ibu dari Christine pun luluh. “Ibu saya menyerahkan kembali keputusan kepada saya sebagai anaknya, tetapi berbeda dengan ayah saya,” ujar dia.
Ayah Christine marah besar setelah anaknya berterus terang. Kendati, akhirnya, kedua orang tuanya mengizinkan mereka menikah di rumah keluarga Christine.
Masalah kembali muncul, ayah Christine kembali murka sesaat sebelum ijab kabul terucap. Saat itu, wali hakim yang akan menikahkannya meminta atribut agama lain di ruangan diturunkan.
Luapan emosi sang ayah pun tak tertahankan, sampai seluruh keluarga dan wali hakim pun menenangkannya. Ijab kabul pernikahan terus dilanjutkan mereka berdua pun sah sebagai suami istri.
“Kedua orang tua saya masih berbeda keyakinan dengan saya, tetapi mereka lambat laun mengerti mengapa Islam menjadi agama pilihan saya. Islam itu agama yang damai, meskipun kami berbeda keyakinan, silaturahim masih terjalin,” jelas dia.
Perjalanan rumah tangga Christine tak selalu mulus, meski dia akhirnya tetap bersyukur, di tengah masalah yang dihadapi banyak keajaiban menghampirinya. []
Sumber: Republika