Oleh: H.Subroto Asmoro
Penulis buku Gali Poteni Raih Prestasi, subrotoasmoro15@gmail.com
SALAH satu bagian dari do’a keselamatan yang sering kita baca setiap hari setelah sholat ialah rizki yang barokah. Tolok ukur barokah atau berkah tidak dilihat dari melimpahnya harta atau rizki. Meski harta atau rizki tidak melimpah, bila cara memperolehnya sah atau tidak curang dan tidak melanggar norma maupun hukum, disamping untuk memenuhi hajat hidup, dibelanjakan di jalan Allah, dapat menaikkan kualitas hidup, kualitas iman dan taqwa. Maka itu dapat dikatakan barokah atau berkah.
Sebaliknya bila harta atau rizki melimpah-ruah, cara memperolehnya tidak sah atau curang, tidak dibelanjakan di jalan Allah, meski kelihatannya hidupnya mewah berkecukupan, dapat dikatakan kurang atau tidak barokah. Adapun lima langkah untuk raih barokah sebagai berikut:
1. Komitmen yang kuat atau Niat dan Do’a
Niat memiliki makna:
- N: Nurani, artinya hati nurani mengendalikan nafsu, bukan nafsu mengendalikan hati nurani.
- I: Istiqomah, artinya berdo’a secara rutin dan terus menerus.
- A: Akal sehat, artinya berdo’a sesuai logika, bukan angan-angan belaka.
- T: Teguh, artinya berdo’a lurus tidak tergoyahkan godaan syaitan.
2. Kerja Keras
Kerja keras dalam arti memanfaatkan segala daya, segala kemampuan, sesuai kaidah atau norma, tidak melanggar hukum semaksimal mungkin, dalam batas tertentu. Dalam sebuah hadits dan turunannya, tercatat kata-kata yang mewajibkan bekerja ada 604 kata. Dengan bekerja akan mendapatkan penghasilan, untuk memenuhi hajat hidup, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ada pepatah: uang bukan segalanya, namun segala aktifitas kehidupan perlu uang. Untuk membeli pangan, sandang, berobat butuh uang. Memang uang tidak dibawa mati, namun tidak punya uang rasanya setengah mati.
Bayangkan saja untuk hidup perlu uang, untuk ibadah, zakat fitrah, nyumbang pembangunan Masjid, infaq, sodaqoh perlu uang. Dengan memperoleh uang, kita dapat membantu saudara yang kekurangan, atau istilahnya tangan diatas.
Presiden Amerika Serikat ke-25 John Keneddy mengatakan, “Janganlah kamu tanyakan apa yang saya dapat dari negara, tetapi tanyakan apa yang dapat saya sumbangkan kepada negara”. Bahkan orang meninggal, ahli warisnya perlu uang untuk biaya penggali kubur, tahlil dan sebagainya.
3. Prasangka Baik atau Positive Thinking
Hilangkan iri dengki. Menurut sebagian pakar, berprasangka baik akan menimbulkan energi positif yang berpengaruh baik dalam kehidupan. Sebaliknya prasangka buruk atau negativ thingking, akan menimbulkan energi negatif yang berpengaruh jelek dalam kehidupan. Ingat perkataan yang diucapkan dapat pula bermakna sebagai do’a, sehingga sebaiknya hati-hati kalau bicara.
Iri dan dengki merupakan penyakit hati, cenderung mencari kesalahan atau kelemahan orang lain, sehingga energi, biaya, waktu habis dengan sia-sia, tanpa hasil dan menghambat untuk maju. Bahkan ada pepatah bahwa lidah lebih tajam dari pada pedang.
4. Sabar dan Syukur
Surat Al ‘Ashr ayat satu sampai dengan empat, “Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam keadaan rugi. Kecuali orang beriman, beramal soleh, serta saling mengingatkan dalam menetapi kebenaran dan menetapi kesabaran”.
Menurut ustadz, Allah bersama orang yang sabar. Sabar bukan berarti diam, namun memiliki makna tidak putus asa, selalu belajar, belajar dan belajar.
Surat Ibrahim ayat 7, “Barang siapa mensyukuri nikmat, niscaya akan Ku-tambah. Barang siapa kufur nikmat, sungguh azab-Ku amat pedih”.
Apapun yang kita peroleh dari kerja keras harus kita syukuri. Syukut tidak hanya dalam lesan tapi diwujutkan perbuatan, yakni memanfaatkan potensi yang ada sesuai fungsi untuk mencari ridho Allah, serta membelanjakan sebagian harta di jalan Allah. Sepanjang hayat dikandung badan, maka sabar dan syukur tiada akhir.
5. Berserah Diri
Bila butir satu sampai dengan empat telah dilakukan, maka langkah kelima ialah berserah diri, mengharap ridho Allah.
Surat At Taubah ayat 105, “Dan berkatalah bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang mu’min akan melihat pekerjaan itu, dan kamu akan dikembalikan kepada(Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, dan diberitahukanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Berserah diri mempunyai makna kerja keras, atau berusaha semaksimal mungkin, baru hasilnya diserahkan pada Allah. Ibaratnya berperang, maka kita berusaha sekuat tenaga melawan musuh, baru hasilnya Allah yang menentukan.
Pepatah mengatakan, manusia berusaha, Tuhan yang menentukan. Menurut Emha Ainun Najib cenekiawan muslim, Allah tidak melihat hasilnya tetapi melihat apa yang kamu kerjakan. []
Surabaya, 5 Januari 2018.