Oleh: Alvi Aulia Shofyani
alviaulia.shofyani@gmail.com
GENERASI muda adalah generasi penerus bangsa, yaitu generasi yang mampu mendobrak dunia menggunakan akal cerdas. Para generasi muda harus memiliki kemampuan yang mumpuni. Penelitian terbaru dari World Economic Forum (WEF) yang melakukan survey ke 350 eksekutif di sembilan industri di 15 negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Didapatlah poin-poin penting yang menjadi gagasan para warga dunia tentang masa depan dunia kerja (The Future of Jobs). Mereka menyebutnya The 10 skills you need to thrive in the fourth industrial revolution. Disebutkan 10 skill yang paling dibutuhkan pada tahun 2020. tiga yang paling utama yaitu: Pemecahan masalah yang rumit (complex problem solving), Berpikir kritis (critical thinking) dan kreativitas (creativity). Skill tersebut harus dilandasi dengan kemampuan literasi seseorang. Lalu apakah literasi itu?
BACA JUGA: Literasi Syariah Pacu Kemajuan Industri Syariah
Menurut kamus online Merriam-Webster, Literasi berasal dari istilah latin ‘literature’ dan bahasa ingris ‘letter.’ Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya “kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar).”
Sayangnya, kemampuan membaca, berhitung dan pengetahuan sains anak-anak Indoneisa berada di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand berdasarkan hasil tes PISA (The Programme for International Student Assesment) yang dirilis Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2016. Beberapa ahli mengatakan bahwa membaca menjauhkan kita dari demensia-kerusakan pada sistem syaraf yang salah satu dampaknya adalah penurunan daya ingat.
Minimnya minat baca di bangsa ini nampaknya menjadi hal yang perlu diperhatikan. Jika kita lihat budaya orang Jepang yang gemar membaca, seharusnya kita mencontoh budaya tersebut. Kita harus tunjukkan bahwa negara kita sebagai negara dengan mayoritas muslim mampu unggul dalam literasi. Maka dari itu, perlu ditumbuhkan semangat literasi untuk generasi muda Islam. Berikut adalah tips yang bisa diaplikasikan agar kita menjadi pemuda-pemudi yang tumbuh sebagai insan yang berilmu dan mulia:
Membentuk komunitas baca
Seperti halnya dalam komunitas One Day One Juz, suatu komunitas yang dibentuk sebagai sarana saling memotivasi dan mengingatkan dalam membaca Al-Qur’an. Para anggota memiliki komitmen membaca Al Qur’an idealnya satu juz dalam sehari. Terdapat rumus yang dikenal dengan rumus 2×5, yakni membaca dua lembar setelah sholat fardhu. InsyaaAllah khatam satu juz dalam satu hari.
Komunitas baca yang akan kalian bentuk juga harus memiliki target. Misalnya dalam target bulanan, dalam satu bulan anggota harus menyelesaikan satu buku. atau jika membuatnya dalam target harian, dalam satu hari anggota harus menyelesaikan membaca sebanyak sepuluh halaman. Hal ini penting dilakukan untuk menambah wawasan sekaligus memperkaya kosakata. Semakin banyak kita membaca, semakin banyak juga kosakata yang akan kita miliki.
Membiasakan hadiah berupa buku
Kita tentu sering memberikan teman, sahabat maupun kerabat kita hadiah dalam rangka ulang tahun ataupun dalam rangka lainnya. Cobalah membiasakan untuk memberi hadiah berupa buku. dengan begitu, secara tidak langsung kita mengajak mereka untuk gemar membaca.
Latihan menulis
Literasi tidak hanya membaca, menulis juga merupakan faktor yang membentuk kemampuan literasi seseorang. Sisihkanlah waktu setidaknya 15 menit dalam sehari untuk menulis. Tak perlu lama-lama, yang terpenting adalah konsisten dalam melakukannya. Tulislah apa yang sedang kamu pikirkan! mulai dari menulis buku diary ataupun menulis artikel.
Tips dari saya, ucapkan satu kata (apa saja), kemudian kembangkan kata tersebut menjadi suatu kalimat hingga paragraf. Misalnya saya memilih kata:
“Muslimah” = muslimah yang baik ialah mereka yang mampu menjaga iman, akhlak dan adabnya.
BACA JUGA: Kekuatan Literasi Ada di Tangan Milenial
Melalui cara tersebut, secara tidak langsung otak akan terbiasa untuk menulis dan merangkai kata-kata. Sehingga kemampuan menulis pun akan berkembang. Karena pisau jika semakin diasah akan semakin tajam. Begitu juga dengan otak manusia. Semakin otak manusia digunakan untuk berlatih, baik latihan menulis, maupun hal lainnya, otak kita akan semakin berkembang.
Jika Anda ingin menjadi seorang penulis dan pembicara, latihanlah dengan membaca dan menulis sebanyak-banyaknya. Karena bagaimana kamu ingin menyampaikan ilmu jika kamu tak tahu ilmunya?
Seperti perkataan seorang imam Syafi’i, “Jika kamu tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan pedihnya kebodohan.” Maka dari itu, ayo sama sama kita bangun semangat literasi bangsa ini. Ajak teman-teman, saudara, dan adik-adikmu untuk gemar membaca mulai saat ini. Karena melalui membaca, kemampuan menulis dan berbicara seseorang pun akan terbangun. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.