HATI-hati atas luka yang timbul dalam pergaulan dengan orang-orang shalih, sebab ia menuntun kita tuk tak hanya benci salah dan pelakunya. Luka hati yang timbul dari orang shalih sering ditunggangi syaitan tuk dijadikan kita benci khilaf, pelaku, sekaligus semua keshalihannya. Dalam tingkat yang parah, luka hati terhadap keshalihan mengantar pada permusuhan pada kebenaran meski tak terang-terangan; kemunafikan.
Lihatlah Abdullah ibn Ubay, kemunafikannya bermula dari luka: sakit hati sebab batal jadi raja Yastrib gara-gara kedatangan sang Nabi. Andai dia mau mengakui keutamaan Nabi atas dirinya dan menyembuhkan luka itu, pastilah dia jadi tokoh Anshar yang paling mulia dan utama. Tetapi seringkali begitulah orang terluka; bukannya menyembuhkan, mereka justru membiarkan lukanya bengkak, bernanah, dan makin memedihkan. Maka kita bisa merasakan ciri utama orang terluka; reaksi berlebihan atas apa yang diucap dan dilakukan orang. Tanggapan mereka “meluap”.
Allah gambarkan itu dengan:”…menyangka tiap teriakan keras ditujukan kepada mereka.” (QS. Al-Munafiquun:4).
Gairah orang terluka adalah membalas. Seperti orang yang jarinya luka telusuk tapi dibiarkan membusuk; diajak jabat tangan pun dia menjerit sakit, dielus sayang pun menggerang.
Pada orang terluka; kita menyapa bisa dikira menghina, memuji dianggap menyindir, memberi masukan bagaikan menginjak-injak kehormatan. Bagi orang terluka, bukan maksud baik bisa dianggap merongrong; dia akan menjerit dalam caci dan umpat seakan lukanya ditaburi garam. Begitu dahsyat luka silamnya, menolak lamaran atau kunjungan bisa membuatnya berkata, “Oh, jadi keluargamu mengafirkan aku? Iya kan?”
Duhai orang-orang berkebanaran dan berkebijakan, kasihi dan sayangilah orang-orang terluka. Sejatinya mereka hidup dalam sakit dan nestapa. Moga setitik pujian tulus dan rengkuhan hangat bisa membuatnya kembali percaya bahwa orang terluka masih berhak dan layak berbuat baik. Ya, kadang orang terluka memang suka dikagumi atas apa yang dia punya dan dipuji atas yang tidak dia perbuat. Senyum dan doakanlah saja.
Eh, sebentar, jangan-jangan yang menulis ini juga orang terluka? Ya, Allah, ampunilah dia dan bimbing dia menyembuhkannya. Lalu tuntun dia untuk berdoa seperti yang Kau ajarkan untuk menyembuhkan luka pada orang yang beriman dan bertakwa di surah Al-Hasyr ayat 10.
“Wahai Rabb kami, ampunilah kami atas dosa-dosa ini, dan ampuni juga orang-orang yang telah mendahului kami dengan keimanan. Dan jangan Kau- jadikan di hati kami ada rasa ghil; terluka dan marah pada orang beriman. Tuhan kami, Kau lembut dan penyayang.”
Demikianlah Shalihin-shalihat, bincang tentang luka; moga berkenan.[]
Sumber: Menyimak Kicau Merajut Makna/Salim A. Fillah/Pro-U Media