Ramadhan adalah kesempatan emas dan hadiah dari Allah untuk meluruskan hati dan lisan kita dari berbagai macam kotoran dan penyakit. Maka bukanlah inti dari puasa anda itu sekedar mencegah anda dari makan dan minum namun hati anda tidak berpuasa dari hasad dan kebencian kepada sesama hamba Allah. Atau lisan anda tidak berpuasa dari ghibah, namimah, kecurangan, kedustaan, mencela dan memaki.
Tidak ada kebencian atau kedengkian atau dendam dalam hati mereka. Tidak ada ghibah, namimah, atau fitnah keji yang keluar dari lisan mereka. Bahkan tidak ada dalam hati mereka kecuali kecintaan, kebaikan, kasih sayang, kelembutan dan kedermawanan. Dan tidak keluar dari lisan mereka kecuali kata-kata yang bermanfaat, kalimat-kalimat yang berguna dan klaim-klaim yang jujur.
Diantara yang sifat yang agung dan mulia yang menunjukkan sempurnanya keimanan orang yang berpuasa adalah ketawadhu’an mereka serta ketinggian akhlak mereka, berupa hati dan lisan mereka yang lurus terhadap sesama saudara mereka semuslim.
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”” (QS. Al Hasyr: 10).
Allah SWT menyifati mereka dengan dua sifat yang agung dan mulia: pertama, yang terkait dengan lisan, Allah katakan bahwa tidak ada dalam lisan mereka terhadap saudara mereka sesama mu’min kecuali nasehat dan doa yang baik, “Mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami“. Dan sifat yang kedua, terkait dengan hati. Hati mereka lurus terhadap saudara mereka sesama mu’min, tidak ada perasaan benci, dengki, dendam, fitnah, atau semisalnya.
Lurusnya hati dan lisan adalah ciri yang paling jelas dan bukti paling nyata yang menunjukkan sempurnanya puasa seseorang. Dan dahulu para salaf, mereka menganggap orang yang paling utama di kalangan mereka adalah orang yang paling lurus hati dan lisannya. Iyas bin Mu’awiyah bin Qurrah mengatakan: “Orang yang paling utama di antara mereka (salaf) adalah yang paling lurus hatinya dan yang paling sedikit ghibah-nya” (Diriwayatkan Ath Thabrani dalam Makarimul Akhlak).
“Aku berkata kepada Abu Basyir (ia adalah salah satu murid Ali bin Abi Thalib) : ‘Kabarkan kepada saya amalan apa yang biasa diamalkan orang-orang sebelum kita (para salaf)’. Ia berkata: ‘Mereka beramal sedikit namun mendapatkan banyak pahala’. Aku bertanya: ‘bagaimana bisa begitu?’. Ia berkata: ‘Karena lurusnya hati mereka’” (Diriwayatkan oleh Ibnus Sirri dalam Az Zuhd).[]
Sumber: Muslim.or.id