POSO—Ekstremisme berbasis kekerasan merupakan ancaman serius bagi keutuhan Indonesia. Infiltrasinya telah masuk ke berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan asesmen yang dilakukan MAARIF Institute di sekolah-sekolah setingkat SMA di beberapa kota/kab di Indonesia pada Januari dan Oktober 2017, sekolah sangat rentan disusupi penetrasi ideologi radikal salah satunya karena tidak adanya mekanisme yang berupaya untuk memproteksi sekolah dari penetrasi paham dan gerakan ekstremis dalam bentuk kebijakan yang sistematis. Ungkap Muhammad Abdullah Darraz, Direktur Eksekutif MAARIF Institute.
Temuan lain menunjukkan bahwa OSIS tak mampu membendung arus ekstremisme di sekolah. Padahal sebagai wadah pembinaan dan pengembangan kesiswaan, semestinya OSIS mampu mendorong penguatan pendidikan karakter dalam upaya menangkal ekstremisme.
BACA JUGA: Maarif Institute Gelar Jambore Pelajar Teladan Bangsa ke-6 di Garut
Sekolah sendiri terinfiltrasi paham dan gerakan esktremisme melalui tiga pintu: yakni alumni, guru dan kebijakan sekolah. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang peta gerakan ekstemis, yang berujung pada melemahnya mekanisme ketahanan sekolah dalam menghadapi gerakan ekstremis tersebut.
Dalam acara FGD Perumusan Deteksi Dini Ancaman Radikalisme di Sekolah yang dihelat di Poso (15/8) M. Abdullah Darraz menyatakan bahwa menyuburkan kebinekaan dan keragaman sebagai bentuk penguatan perdamaian dalam kehidupan di sekolah menjadi hal utama untuk menghalau penetrasi ekstremisme di sekolah. Melalui ini kami berharap perlahan penguatan perdamaian akan terwujud.
“Lebih jauh, melalui nonton film dan bertukar pikir dengan para stakeholder sekolah di Poso, sebagai wilayah pasca-konflik, kami ingin mencari model ketahanan yang dapat dikembangkan. Sehingga sekolah memiliki kekebalan dan ketahanan dari berbagai infiltrasi kelompok ekstremis,” terang Darraz dalam Pidato Kuncinya.
Momentum hari Kemerdekaan Indonesia ke-73, kita berupaya memperkuat benteng ketahanan sekolah dan memerdekaan sekolah dari bayang-bayang ancaman radikalisme- ekstremisme. Salah satunya dengan menciptakan sistem deteksi dini bahaya ekstresmisme di sekolah,” lanjur Darraz.
BACA JUGA: Slamet Maarif: Pelarangan Cadar Bentuk Ketidakintelekan Kampus
Dalam kesempatan yang sama, Kacabdis Dikmen Wilayah III Sulawesi Tengah, Hj. Intjesari Pasau S.Pd, M.Si, menyambut baik inisiatif dan gelaran yang dilakukan MAARIF Institute.
“Acara-acara penguatan seperti ini sudah sepatutnya digelar. Agar realisasi penguatan pendidikan karakter benar-benar terwujud. Terutama dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia,” ujarnya.
Acara Diskusi Penguatan Perdamaian dan Nonton Bareng film “Jalan Pulang” sendiri diselenggarakan pada Rabu, 15 Agustus 2018 di Aula SMAN 3 Poso, Jl. Pulau Seram, Gebangrejo, Poso Kota, Poso, mulai pukul 08.30 Wita. Hadir sebagai pembahas adalah Ustadz H. Drs. Adnan Arsal (Yayasan Amanah Ummah), Adriany Badrah SE, MS.c (Direktur Celebes Institute) dan Dr. Zuly Qodir (Peneliti Senior MAARIF Institute). Pembahasan ini akan dipandu oleh Pipit Aidul Fitriyana (MAARIF Institute).
Di akhir acara, tim MAARIF Institute bersama para perwakilan guru, kepala sekolah dan komite sekolah akan merumuskan sistem deteksi dini terkait ekstremisme. Hal ini merupakan upaya untuk memperkuat ketahanan sekolah dari infiltrasi kelompok ekstremis. []