JAKARTA– Pada tanggal 2-21 Oktober 2017 lalu, MAARIF Institute menyelenggarakan riset bertajuk, “Penguatan Kebijakan Pembinaan Kesiswaan (OSIS) dalam Memperkuat Kebinekaan dan Kehidupan Inklusif di Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah”.
Riset ini merupakan salah satu bagian dari program CONVEY, Enhancing the Roles of Religious Education in Countering Violent Extremism in Indonesia.
Hasil kerjasama antara MAARIF Institute dengan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (PPIM – UIN Jakarta) dan UNDP Indonesia.
Riset yang melibatkan 40 sekolah dengan kurang lebih 450 orang narasumber ini mengambil sampel di enam daerah dari lima provinsi di Indonesia, yakni Kota Padang (Sumatera Barat), Kab. Cirebon (Jawa Barat), Kab. Sukabumi (Jawa Barat), Kota Surakarta (Jawa Tengah), Kota Denpasar (Bali), dan Kota Tomohon (Sulawesi Utara).
Pemilihan daerah ini dilakukan dengan mempertimbangkan sebaran, tipologi, dan karakteristik penting yang melekat di dalamnya. Secara keseluruhan, rangkaian penelitian ini berlangsung dari Oktober – Desember 2017.
“Tesis awal riset ini adalah untuk menghalau penetrasi radikalisme di sekolah, hal terpenting yang harus dilakukan adalah menyuburkan kebinekaan dan keragaman dalam kehidupan di sekolah,” ujar Direktur MAARIF Institute Muhd. Abdullah Darraz dalam sambutan saat Seminar Diseminasi Hasil Penelitian yang mengangkat tema “Penguatan Kebijakan Ekstrakurikuler dalam Meredam Radikalisme di Sekolah” di Hotel Atlet Century Jalan. Pintu Satu Senayan, Gelora, Jakarta Pusat Jumat (26/1).
Lebih lanjut, Abdullah menjelaskan riset ini sebetulnya ingin mencari model ketahanan seperti apa yang dapat dikembangkan dalam sekolah, sehingga sekolah dapat immune (kebal) dari berbagai infiltrasi kelompok radikal.
“Saya berharap bahwa hasil yang didapatkan dari riset ini mampu memperkuat kebijakan OSIS agar menjadi pengawal kebinekaan di sekolah yang bersifat inklusif,” terangnya. []
Reporter: Rhio