PADA hari kiamat seluruh alam berdiri dengan perasaan ‘khauf wa raja’ (takut dan penuh harapan). Keadaan menyuruh diri untuk berdoa, “Allahumma sallim, allahumma sallim, (Ya Allah, selamatkan).” Pada saat itu nama-nama orang yang selamat baik laki-laki atau perempuan diumumkan. Firman Allah SWT, “….Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan… ” (Ali ‘Imran:185)
Orang yang beruntung masuk ke dalam surga. Ia melihat tenda yang terbuat dari intan permata berkilau di atas air. Kemudian ia melihat istana tertancap di sekitarnya, pohon-pohon yang tidak pernah berhenti berbuah dan tidak dilarang untuk memakannya. Bersama nikmat yang besar ini, ia melihat istri sedang menghias diri. “Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya.” (Ar-Rahmaan: 56).
Seandainya salah satu di antara mereka turun ke dunia, tentulah dunia ini penuh dengan semerbak wewangian. Kecantikan mereka kekal seperti yaqut. Ia memberi kabar kepada orang-orang beriman dengan berkata, “Saya akan datang, ini sitanamu, di dalamnya terdapat istrimu. Ia sudah menunggumu semasa kamu masih di dunia, Ia berhias secantik pengantin. Ia melihat air gemericik. Air itu mengalir di antara mereka. Air-air itu ada yang dari madu yang sudah disaring dan ada air dari khamr yang sangat lezat untuk diminum.
Ibnu Rajab berkata, “Bidadari itu berkata kepda orang beriman yang sedang duduk di atas sungai madu, “Wahai kekasih Allah, tahukah kamu kapan Allah menikahkan aku dengan mu?’ ‘Aku tidak tahu,’ kata seorang mukmin. Bidadari itu berkata, ‘Allah melihatmu berpuasa di hari yang sangat panas. Dia membanggakanmu di hadapan para malaikat dengan mengatakan,’Wahai malaikat-Ku lihatlah hamba-Ku ini. Ia meninggalkan kelezatan syahwatnya, makan, dan minumnya dengan mengharap apa yang ada pada diri-Ku. Saksikanlan sekarang, Aku telah mengampuninya.’ Allah pun telah mengampunimu dan saat itu lah Dia menikahkan aku denganmu’.”
Seseorang dinikahkan karena puasanya. Yang lain dinikahkan karena kekhusyuannya. Ada yang menjadi pengantin baru karena selalu membaca Al-Qur’an. Ada yang menikahi bidadari shalat khusyu dan menjaga kemaluannya. Bagi yang menjauhi dosa-dosa besar dan beristighfar ketika menjelang waktu sahur, balasannya pernikahan dengan bidadari. Ada yang dinikahkan karena syahid, karena berlaku jujur dan berakhlak baik, dan karena menahan amarahnya.
Bagi mereka yang menghancurkan dirinya dengan perbuatan zina diharamkan untuk mendapatkan kenikmatan itu. Demikian juga yang senantiasa berbuat keji, memerangi Allah SWT di dunia, yang menghabiskan waktu dengan sesuatu yang tidak bermanfaat seperti menari dan meminum-minuman keras juga tidak akan mendapatkan kesempatan ini. Apa pendapatmu tentang orang yang telah menjual bidadari-bidadari ini dengan kenikmatan sesaat?
Sumber: Bermalam di Surga/ Dr. Hasan Syam Basya/ Gema Insani