Oleh: Ani Daud
HAFIZ adalah sebuah panggilan bagi seseorang yang dapat menghafal Al-Qur’an. Istilah ini diberikan kepada seseorang yang menghafal Al-Qur’an, tetapi pada masa dahulu, hafiz diberikan bagi orang-orang yang dapat menghafal hadis. Nah, hafizh ada 4 macamnya seperti berikut ini:
1. Hafizh Setoran
Ini merupakan kategori Hafizh yang paling banyak terdapat dimana2, hanya selesai setoran 30 juz saja tapi setelah itu banyak yang hilang, yang tersisa hanya sebagian kecil saja. Hal tersebu disebabkan karena kurangnya semangat untuk memuraja’ah, atau karena kesibukan, atau karena targetnya hanya ingin selesai setoran saja (pernah menghafal). Hafizh semacam ini sering mengalami futur karena bebannya terlalu besar dan merasa hafalannya tidak lengket sehingga mudah mengantuk dan putus asa. Alangkah nikmatnya jika ia menghafal sedikit-sedikit kemudian menguatkannya dan terus menjaganya, sambil menambah yang baru. Karena muraja’ah itu wajib sementara menambah hafalan baru itu sunnah.
2. Hafizh Pesantren
Hafizh kategori ini biasanya rajinnya ketika di Pesantren saja, dan akan lalai ketika berada di luar pesantren atau ketika liburan pulang kampung. Kadang tidak itu saja, di Pesantren pun ia rajin ketika di hari aktif saja, dan di saat libur akhir pekan sdh terlihat bibit kelalaian itu. Hafizh kategori ini sangat mengkhawatirkan, ia butuh lingkungan yang mendukung dan support dari orang-orang sekitarnya jika ingin tetap terjaga hafalannya.
3. Hafizh Musabaqah
Hafizh kategori ini tidak dipungkiri lagi dari segi keindahan suara dan kelancaran di atas rata2. Kegiatannya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu daerah ke daerah yg lain dlm rangka mengikuti musabaqah. Makanya tidak heran jika Hafizh kategori ini kadang akhlaqnya tidak sesuai dengan ayat-ayat yang dihafalnya, tidak jarang dari mereka yang masih merokok, berpacaran, berkhalwat antara laki-laki dan perempuan, tidak menjaga shalat berjamaah di masjid, suka main game, nonton televisi, dll. Ibarat kata, hafalan mereka hanya sampai di tenggorokan saja.
4. Hafizh Sejati
Hafizh kategori ini yang harus kita contoh. Dia akan terus menjaga Al Qur’an hingga maut yang memisahkan, tidak terpengaruh tempat atau waktu, tidak terpengaruh apakah dikontrol oleh Ustadznya atau tidak, tidak terpengaruh dengan hari libur, tidak mengharap pujian, dan kesehariannya selalu diikuti komitmen yang kuat dari dalam dirinya sendiri.
Akhlaqnya baik, karena ia selalu berusaha mengamalkan ayat-ayat yang ia hafalkan. Hafalannya menjadi wirid harian dan bacaan shalatnya yang panjang. Kalaupun ia mengikuti Musabaqah bukan karena mengejar hadiah dan popularitas, tetapi karena menjadikannya sebagai sarana untuk menguatkan hafalannya.
Nah..ada di poin nomor berapa kah kita? Semoga kita semua digolongkan menjd Ahlul Qur’an yang Istiqomah hingga maut memisahkan kita, aamiin. Nasehat untuk diriku yang masih lalai.[]