MASA ‘iddah adalah: Jangka waktu tertentu untuk menahan diri ( dari menikah ) bagi seorang wanita dalam rangka untuk mengetahui kebersihan rahimnya, atau untuk ta’abbud, atau berkabung bagi suaminya. [ Al-Mausu’ah : 29/304 ].
‘Iddah wanita ada enam macam:
■Pertama: Wanita hamil
Masa ‘iddah wanita hamil yang suaminya meninggal, atau dicerai, atau faskh , sampai dia melahirkan. Setelah melahirkan, maka masa ‘iddahnya telah berakhir. Waktu minimal kehamilan seorang wanita adalah enam bulan sejak dia menikah, dan rata-rata sembilan bulan.
Alloh berfirman:
وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ
“Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.” [ QS. Ath-Thalaq : 4 ].
■Kedua: Wanita yang suaminya meninggal dunia
BACA JUGA: Bolehkah Suami Berhubungan dengan Istri pada Masa Iddah?
Masa ‘iddahnya empat bulan sepuluh hari dihitung sejak hari kematian suaminya. Baik sebelumnya telah dukhul ( hubungan jima’ ) atau belum.
Alloh berfirman:
وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِي أَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” [ QS. Al-Baqarah : 234 ].
■Ketiga: Wanita yang pisah dari suaminya
Jika perpisahannya karena dicerai, maka masa ‘iddahnya tiga kali quru’, yaitu tiga kali haid/datang bulan setelah suci. Alloh berfirman:
وَالْمُطَلَّقاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلاثَةَ قُرُوءٍ وَلا يَحِلُّ لَهُنَّ أَنْ يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحامِهِنَّ إِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat.” [ QS. Al-Baqarah : 228 ].
BACA JUGA: Masa Iddah Suami, Adakah?
Jika perpisahannya karena khulu’ atau faskh, masa ‘iddahnya satu kali haid untuk mengetahui kebersihan rahimnya dari kehamilan. Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas –rodhiallohu ‘anhu- beliau berkata:
أن امرأةَ ثابتِ بنِ قيس اختلعت منه، فجعل النبي – صلَّى الله عليه وسلم – عِدَّتها حيضةً
“Sesungguhnya istri Tsabit bin Qais meminta khulu’ kepadanya. Maka nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- menjadikan masa ‘iddahnya satu kali haid.” [ HR. Abu Dawud : 2229 dan Asy-Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan shohih lighoiri ].
■Keempat: Berpisah dengan suaminya dalam kondisi masih kecil ( belum haid ) atau sudah tua dan masuk usia monopouse ( sudah tidak bisa haid lagi )
Masa ‘iddahnya tiga bulan. Setiap bulannya sebagai timbal balik dari satu kali haid. Alloh berfirman:
وَاللَّائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللَّائِي لَمْ يَحِضْنَ
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang belum haid ( karena masih kecil ).” [ QS. Ath-Thalaq : 4 ].
■Kelima: Wanita yang suaminya hilang
Seorang wanita yang suaminya hilang tidak ada kabar sama sekali serta tidak diketahui apakah masih hidup atau sudah mati, maka hendaknya dia menunggu kedatangan suaminya atau sampai ada kejelasan tentang kabar suaminya. Jangka waktunya ditetapkan oleh hakim di suatu negeri. Hal ini akan berbeda-beda dengan perbedaan keadaan, zaman dan tempat.
■Keenam: Wanita yang haidnya hilang tanpa diketahui sebabnya
BACA JUGA: ‘Iddah dan Macam-macamnya
Seorang wanita yang berpisah dengan suaminya yang asalnya dia bisa haid. Akan tetapi tiba-tiba haidnya hilang tanpa sebab yang dia ketahui, maka jika haidnya datang kembali kepadanya, dia ber’iddah dengannya. Jika tidak kembali, maka masa ‘iddahnya selama satu tahun semenjak berhenti haidnya. Sembilan bulan untuk kehamilan dan tiga bulan untuk masa monopouse.
Kosa kata:
Faskh: Pembebasan atau pembubaran ikatan suatu akad ( nikah ) dengan adanya sebab-sebab tertentu.
Khulu’: Perpisahan ( antara suami istri ) dengan ganti rugi yang dimaksudkan ( mahar ) untuk suami dengan lafadz talak ( cerai ) atau khulu’. []
Facebook: Abdullah Al-Jirani