KAUM perempuan di Gaza sedang meningkat perannya sebagai pencari nafkah keluarga, melanggar norma-norma tradisional yang sebelumnya dipegang teguh masyarakat.
Konflik berkepanjangan membuat tingkat pengangguran di Gaza berada di posisi tertinggi di dunia dengan 42 persen. Proporsi perempuan dalam angkatan kerja hanya 15 persen, berbanding 71 persen laki-laki.
Kini makin banyak perempuan melanggar norma-norma sosial dan bekerja menjadi tulang punggung keluarga.
Sudah hampir satu dekade, Madleen Kullab mengambil alih peran ayahnya sebagai nelayan di usia 22 tahun. Itu terjadi setelah ayahnya didiagnosis menderita radang sumsum tulang belakang hingga cacat.
Kullab dan dua saudaranya berangkat pagi pukul 03.00 atau saat matahari terbenam untuk melemparkan jala. Pekerjaannya kian berat karena Israel telah membatasi nelayan Gaza hanya dapat menangkap ikan dalam jarak maksimal enam mil, kurang dari sepertiga daerah penangkapan menurut perjanjian Oslo.
Tidak ada cukup ikan, area terbatas, bahkan seringkali Kullab tak dapat membawa pulang apa pun. Jumlah nelayan terus berkurang drastis, yang semula 10 ribu orang di 2000, tahun lalu hanya tinggal 4.000 orang. Tak jarang, desing mesiu Israel mengakhiri nyawa nelayan Gaza di tengah laut.
“Setiap hari Anda pergi keluar. Anda tidak yakin Anda akan kembali. Ini situasi yang sulit. Ketika kami mendekati mil kelima, kami mulai ditembaki. Ada banyak risiko, tapi saya melakukannya karena ini harus,” ujar Kullab.
Betapa perkasanya para prempuan Gaza, rasa syukur sudah sepatutunya selalu kita haturkan kepada Allah. Semoga limpahan rahmat Allah senantiasa melindungi suadara-saudara kita di sana. []
Sumber : republika