BANDUNG—Maimon Herawati, aktivis muslimah yang getol menyuarakan kemerdekaan Palestina, menyatakan pemindahan Ibu Kota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem tidak bisa diterima.
“Tidak bisa diterima,” ujar Maimon kepada Islampos.com melalui pesan singkat, Kamis (7/12/2017).
Dari sisi hukum internasional, menurut Teh Imun –sapaan akrab dosen ilmu Jurnalistik Universitas Padjajaran Bandung tersebut- sudah jelas PBB telah mengeluarkan berbagai resolusi bahwa Yerusalem adalah corpus separatum (wilayah terpisah –red).
“Yerusalem tidak boleh dikuasai Israel zionist!” tegas Maimon.
Teh Imun khawatir jika tindakan sepihak yang dilakukan Israel atas kebijakan Presiden Amerika itu, akan mengakibatkan terjadinya pertumpahan darah.
“Jika ini dilakukan, saya yakin darah akan tumpah karena banyak yang akan siap melawan Israel dengan cara apapun,” tegasnya.
Yerusalem -Aelia Capitolina nama latinnya- lanjut teh Imun, hanya damai ketika dikelola oleh umat Muslim. “Sejarah sudah membuktikan, saat dikelola oleh Non-Muslim, darah menggenangi kota tua.”
Mayoritas penduduk asli Yerusalem, jelas Maimon, adalah Muslim. “Pemilik sahnya Muslim, Sebelum mereka diteror dan diusir zionist lalu digantikan oleh pendatang ilegal zionist Yahudi.”
Bahkan sebagian Kota Tua di Yerusalem bukan milik perorangan, lanjutnya, tapi merupakan tanah waqaf. “Waqaf Ustman Bin Affan, daerah sekitar Silwan Spring, misalnya.”
“Gereja Kristen paling suci saja -baca: Gereja Holy Sepulchre- kunci pintunya dititipkan Sholahudin Al Ayyubi pada keluarga Muslim, sampai sekarang secara turun-temurun,” jelas Maimon.
“Kunci dititipkan kepada Muslim karena dengan demikian damai bisa diciptakan bagi semua,” pungkas Maimon.
Seperti diketahui, Presiden Amerika Donald Trump dalam sebuah pernyataan mengumumkan bahwa Yerusalem ditetapkan sebagai Ibu Kota Israel. Trump juga segera memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem.
“Sudah waktunya mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel,” ujar Trump di Gedung Putih seperti dikutip dari CNN, Rabu (6/12/2017).
Trump mengklaim bahwa pemindahan ibu kota tersebut merupakan “langkah terlambat” yang berpengaruh terhadap perdamaian di Timur Tengah. Paman Sam menurut Trump sudah terlalu lama –baca: dua dekade- mengabaikan rencana mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. []