JAKARTA–Ketua Presidium Majelis Ormas Islam (MOI) Mohammad Siddik, sangat menyesalkan pernyataan Prof Dr Said Agil Siradj yang menyatakan hanya anggota Nahdhatul Ulama (NU) saja yang pantas menjadi imam mesjid, khatib Jum’at, dan pejabat di Kementerian Agama.
“Sangatlah disesalkan seorang pimpinan ormas dakwah Islam seperti NU menyuarakan pernyataan terbuka yang tidak sehat dan menyesatkan,” ujar Siddik didampingi para wakil MOI di Gedung Menara Dakwah, Selasa (29/1/2019).
Siddik menuturkan, sebagai organisasi terbesar di Tanah Air mestinya NU dijadikan lembaga pengayom dan perekat bekerja sama ormas Islam yang mencapai ratusan dan sebagiannya telah berdiri jauh lebih awal dari berdirinya NU pada 1926.
BACA JUGA: Dari Imam Masjid sampai KUA Harus dari NU, Said Aqil: Selain NU, Salah Semua
Menurutnya, pernyataan Dr Said Agil Siradj menunjukkan ambisi pribadinya menguasai semua posisi dan jabatan formal dan non-formal hanya untuk Nahdhatul Ulama dengan mengabaikan eksistensi dari puluhan organisasi Islam lainnya yang sama-sama beraqidah ahlu sunnah wal jamaah.
“Banyak diantara mereka juga berpegang kepada mazhab Syafi’i sebagai ijtihad fiqh seperti yang dianut oleh NU,” ungkapnya.
Sebagai orang yang berpendidikan tinggi dan pemimpin organisasi besar, ustad Siddik berpesan agar Dr Said Agil Siradj hendaknya berfikir rasional dan profesional dengan mempertimbangan pendidikan dan kompetensi seseorang untuk sesuatu jabatan formal dipemerintahan atau akademik. Bahkan, untuk jabatan dilembaga ibadah seperti imam atau khatib mesjid demi untuk mencapai kemajuan serta kecerdasan bangsa dan negara.
BACA JUGA: Pernyataan Urusan Agama Dipegang NU Jadi Kontroversi, Ini Penjelasan Said Aqil
Ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) ini pun menyatakan, pernyataan Dr Said Agil Siradj menunjukkan kenaifanya akan sejarah perjuangan dan peranan berbagai organisasi Islam di Indonesia selain NU dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari cengkeraman penjajahan Belanda sejak awal abad ke 20.
“Sekaligus Said Agil Siradj tidak menunjukkan hikmah (wisdom) dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat dengan mengabaikan kerukunan antar Ummat Islam yang selama ini sudah terbangun,” jelasnya. []
REPORTER: RHIO