ANDA suka makan petai atau jengkol? Bagaimana pandangan agama yang sempurna ini mengenai konsumsi makanan yang baunya menyengat? Dua buah jenis ini yang memiliki bau ciri khas sama. Sangat banyak digemari oleh masyarakat, tentunya di negara tropis. Karena baunya yang khas membuat orang-orang banyak mengenal buah ini.
Dalam hukum Islam memakan petai dan jengkol memang tidak dijelaskan. Namun hukum memakannya dapat disamakan dengan hadist yang menerangkan memakan bawang putih dan merah yang keduanya memiliki aroma yang tajam.
Ada sebagian makanan atau minuman yang dilarang dalam agama, ada juga yang hanya makruh hukumnya dan ada juga yang halalan thayyiba. Seperti jengkol dan petai ini. Sebenarnya jenis makanan ini tidak pernah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits.
Akan tetapi permasalahan jengkol dan petai, yang kadang meninggalkan bau di mulut sama halnya dengan bawang merah, bawang putih, dan durian. Tersebut dalam hadits Nabi Muhammad SAW:
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه في فتح خيبر أن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم قال: “من أكل من هذه الشجرة الخبيثة شيئاً فلا يقربنا في المسجد”، فقال الناس: حرمت، حرمت، فبلغ ذلك النبي صلى الله عليه وسلم فقال: “أيها الناس إنه ليس بي تحريم ما أحل الله لي، ولكنها شجرة أكره ريحها
“Dari Abi Sa’id al Khurdry ketika penaklukan Khaibar, Nabi Muhammad saw bersabda : ‘Siapa yang memakan dari pohon yang bau ini (bawang merah dan bawang putih) maka janganlah mendekati masjid.’ Orang-orang pun langsung bercerita-cerita tentang sabda nabi ini, mereka mengatakan : ‘Diharamkan, diharamkan.’ Hingga sampailah isu ini ke Rasulullah SAW, maka beliau bersabda : ‘Wahai umat manusia, sesungguhnya saya tidak mengharamkan apa yang telah Allah halalkan, akan tetapi pohon ini, aku tidak suka baunya.” (H.R Muslim).
Dari hadits ini, jelaslah bahwa bawang merah dan bawang putih tidaklah dilarang. Akan tetapi nabi hanya tidak suka baunya saja, karena bisa mengganggu kenyamanan orang sekitar, sehingga nabi melarang orang yang memakanny untuk masuk mesjid, karena baunya itu bisa saja mengganggu kehusyu’an orang yang shalat.
Nah, ketika bawang merah dan bawang putih itu sudah di olah, atau sudah di masak, hingga tidak ada baunya lagi, maka boleh-boleh saja memakannya.
Masakan tanpa bawang akan terasa kurang nikmat. Begitu juga dengan jengkol dan petai, ketika sudah dimasak atau diolah, sehingga baunya hilang, maka ga ada salahnya kita makan rendang jengkol.
Atau kita makan jengkol/pete setalah itu kita punya teori sendiri untuk menghilangkan baunya, misalnya dengan gosok kiki, atau memakan sesuatu ini dan itu, sehingga mulut tidak bau lagi, maka makan jengkol dan pete boleh-boleh saja.
Masalah mengenai tidak dibolehkan bagi mereka yang memakannya untuk masuk masjid bila masih tercium baunya yang dapat mengganggu kecuali bila sudah tidak tercium baunya maka boleh.
Akan tetapi ada yang memakruhkannya dengan alasan, baunya memberi mudharat kepada orang lain karena Nabi sangat menganjurkan agar kita selalu menjaga kenyamanan dan jangan pernah mengganggu orang lain.
Nah, buat para pecinta petai dan jengkol tidak usah khawatir, akan tetapi tidak boleh berlebihan pula! []
Sumber : muwahiid |elmizah | Buletin Al Wala’ wal Bara’