SETIAP manusia perlu makan. Itu pasti. Dengan makan, manusia bisa bertahan hidup. Dengan makan, manusia bisa menjalankan berbagai macam aktivitas berat ataupun ringan. Dengan makan, manusia bisa beribadah dan mampu membangun peradaban.
Namun, jangan salah, dengan makan pun manusia bisa sakit dan mati, bahkan sebagian besar penyakit datang dari makanan. Bukan datang hanya dari jenis makanannya, melainkan dari cara makannya itusendiri
Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian minum dengan sekali teguk seperti minum unta, tetapi minumlah dengan dua atau tiga kali teguk. Ucapkanlah bismillah jika kalian minum dan Alhamdulillah jika kalian selesai minum.” (HR Tirmidzi).
Tentu saja, kita tidak bisa menyalahkan makanan karena itu hanyalah objek mati, hal yang salah adalah pola makan manusia itu sendiri yang tidak tepat. Mulai dari memilih makanan, cara makan, pemilihan waktu makan, hingga tidak sesuainya jumlah makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan. Ketika hal ini dilakukan, akibat minimal yang didapat adalah terganggunya proses pencernaan di dalam tubuh. Apabila dibiarkan berlarut-larut, hal tersebut akan mengakibatkan datangnya aneka penyakit dan rusaknya organ-organ pencernaan.
Proses makan yang tergesa-gesa dan pengunyahan yang tidak sempurna adalah salah satu cara makan yang keliru dan berpotensi mendatangkan penyakit. Terlepas dari bergizi tidaknya makanan yang dikonsumsi, ketika porsi atau suapannya terlalu besar, makannya dilakukan dengan tergesa-gesa, dan makanan tidak dikunyah secara sempurna, akan memunculkan beragam akibat negatif pada diri seseorang.
Pertama, terganggunya proses pencernaan. Proses makan mirip dengan pengolahan bahan baku di sebuah pabrik. Ada tahap-tahap yang harus kita lewati, di mana setiap tahap memiliki prosedur-prosedur baku, mulai dari pemilihan bahan baku hingga pengemasan hasil produksi. Pelanggaran prosedur terhadap satu tahap, akan memengaruhi tahap-tahap selanjutnya.
Begitupun saat kita makan dengan tergesa-gesa, proses pengunyahannya dan reaksi enzim pencernaan tidak akan berjalan optimal. Kondisi ini menimbulkan beban pada lini produksi berikutnya. Lambung akan bekerja keras untuk menerima makanan yang tidak di kunyah dengan untuk menerima makanan yang tidak dikunyah dengan sempurna. Hal ini akan merangsang produksi asam lambung yang berlebih. Jika berlangsung dalam jangka waktu lama, lambung akan mengalami kerusakan.
Kerja usus pun akan terganggu, enzim dan penyerapan tidak berfungsi efektif sehingga terjadi kelebihan lemak, meningkatnya kadar kolesterol, dan sebagainya. Akibat selanjutnya dapat kita duga, penyakit-penyakit generatir seperti jantung, kanker, hipertensi, diabetes, dan sebagainya akan berdatangan.
Kedua, kinerja proses pencernaan menjadi tidak optimal. Karena ukurannya tidak tepat, jumlah enzim yang diproduksi pun tidak dapat dan tidak sesuai dengan lingkar usus. Akibatnya, proses pemerasan sari-sari makanan menggunakan peristaltik menjadi tidak optimal. Dengan demikian, tubuh tidak mendapatkan unsur-unsur terbaik dari makanannya banyak, bergizi, dan sering, akan tetapi nilai gizi yang diserap oleh tubuh tidak seimbang dengan asupan makanan yang dikonsumsi.
Ketiga, dari aspek psikologis. Orang yang biasa makan cepat dan tergesa-gesa, secara tidak langsung telah melatih bagian otak yang mengatur sikap tergesa-gesaan. Bagian ini terdapat dalam sistem limbik yang memilki reseptor efineprin (hormon semangat). Produksi hormon efineprin yang berlebihan akan meraih seorang menjadi pribadi kurang perhitungan dan cenderung tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Jadi, orang yang cepat makannya memiliki peluang lebih besar untuk gagal dalam hidup, terutama saat diharuskan mengambil keputusan. Ketika diharuskan mengambil keputusan dalam hidupnya, dia akan mengambil keputusan yang bersifat prematur dan tidak tepat sehingga berakhir dengan kekecewaan.
Keempat, dari aspek adab kesopanan dan spiritual. Makan dengan tergesa-gesa lebih dekat kepada mudharat, lupa membaca doa, risiko bibir dan lidah tergigit menjadi lebih besar, makanan kurang ternikmati, dan tidak nyaman dipandang mata. Andai makananya panas, seorang akan meniup-niupnya padahal Rasulullah SAW melarang kita meniup-niup makanan yang masih panas.Wallahualam. []