KEKAYAAN sering dijadikan tolak ukur kebahagiaan orang di dunia ini. Dan kesempitan harta sering disebut sebuah kemiskinan. Jika kita berkaca pada Rasulullah ﷺ dan para sahabat, ternyata kekayaan yang hakiki itu bukan terletak pada banyaknya harta.
Sudah sepatutnya umat muslim meniru bagaimana caranya Rasulullah ﷺ dan para sahabat dalam menyikapi harta dan kekayaan duniawi.
Khubeib bin Adi RA berkata, “Kami sedang berada di suatu majelis, tiba-tiba Rasulullah ﷺ datang dan di kepalanya terdapat bekas air.” Sebagian dari kami berkata, “Kami melihat engkau berjiwa tenang.”
BACA JUGA: Ujian Kemiskinan Itu Berat, namun Ujian Kekayaan Jauh Lebih Berat
Beliau menjawab, “Ya, alhamdulillah.” Kemudian orang-orang berdiskusi panjang lebar tentang hakikat kekayaan. Maka, Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak mengapa kekayaan itu bagi orang bertakwa dan kesehatan bagi orang bertakwa lebih baik dari kekayaan, sedangan kenyamanan dan kekayaan jiwa termasuk dalam kenikmatan,” (HR Ibnu Majah).
Rasulullah ﷺ pernah bertanya kepada Abu Dzar ra, “Wahai Abu Dzar, apakah banyaknya harta adalah kekayaan?” Aku menjawab, “Ya, benar, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya lagi, “Apakah kamu menganggap sedikitnya harta adalah kemiskinan?” Aku menjawab, “Benar, ya Rasulallah.”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya kekayaan itu adalah kekayaan hati dan kemiskinan adalah kemiskinan hati.” (HR an-Nasai, Ibnu Hibban, Thabrani). Makna hakiki kekayaan dalam pandangan Rasulullaah ﷺ adalah kekayaan jiwa. (HR Bukhari, Muslim, Ahmad dll).
Kemiskinan hati adalah penyakit berbahaya. Orang miskin hati bisa mengumpulkan harta tanpa memedulikan halal atau haram. Para sahabat RA adalah teladan orang-orang yang kaya jiwa. Mereka meletakkan harta di tangan bukan di hati. Mereka tidak ragu memberikan hartanya untuk fi sabilillah.
Pada saat pengiriman jaysul ‘usrah Umar bin Khattab RA memberikan separuh hartanya, Abu Bakar menginfakkan semua hartanya, demikian juga sahabat-sahabat yang lain.
Pemilik dunia adalah orang yang memiliki tiga kriteria; hidup tenteram dan aman di tengah masyarakatnya, sehat jasmaninya, dan memiliki makanan cukup untuk sehari itu. (HR Tirmidzi).
Imam Syafi’i menegaskan, “Bila Anda memiliki hati yang serbapuas maka Anda sejajar dengan pemilik semua isi dunia.”
BACA JUGA: Doa Ampuh agar Jadi Kaya di Kala Krisis
Agar memiliki kekayaan hakiki kita harus; Pertama, tidak melihat pada harta orang lain. (QS Thaha 131). Kedua, puas dengan pembagian rezeki dari Allah. “Puaslah dengan apa yang diberikan Allah kepadamu pasti kamu menjadi orang yang paling kaya.” (HR Ahmad, Tirmidzi, dan al-Baihaqi).
Bila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang maka dijadikanlah kekayaan jiwanya dan ketakwaannya berada di hatinya dan bila Allah menghendaki keburukan pada seseorang maka dijadikanlah kemiskinan itu berada di pelupuk matanya. (HR Ibnu Asakir dan Baihaqi).
Ketiga, melihat kepada orang yang lebih rendah dalam hal harta karena hal demikian lebih layak dan tidak meremehkan nikmat Allah atas kamu.” (HR al-Hakim dan al-Baihaqi). Orang kaya hati akan bahagia di dunia dan akhirat. []
SUMBER: REPUBLIKA