Oleh: Ari Putra Utama
ariputrautama67@gmail.com
Setiap manusia pasti akan mengalami musibah. Tidak ada manusia yang bebas dari musibah. Oleh karena itu kita perlu pengetahuan yang baik mengenai konsepsi musibah, karena dengan pengetahuan yang baik akan sangat membantu dalam menghadapi musibah yang menimpa.
Musibah menurut Al-qur’an dan Hadits memiliki 3 dimensi, Pertama, sebagai hukuman allah atas pembangkangan yang dilakukan manusia pada aturan yang telah di tetapkannya.
Kedua, sebagai penghapusan dosa. Sehingga dengan demikian di akhirat nanti ada dosa yang tidak diperhitungkan lagi, karena hukumannya sudah di tunaikan oleh allah di dunia sebagai penebus dosa.
Ketiga, sebagai ujian untuk kenaikan derajat di mata Allah. Sebagaimana yang dialami Rosulullah. Allah SWT tetapkan dalam Surah ‘Anissa ayat 79 yang artinya,
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.”
Ada sebuah nasihat yang amat indah ketika kita menelitik arti dari sebuah musibah.
“Seekor kerang mutiara akan menjadi kerang yang tak memiliki nilai apa pun bila tak ada mutiara di dalam cangkangnya.
Tahukah bagaimana caranya seekor kerang dapat menghasilkan sebutir mutiara yang indah?
Di dalam cangkangnya yang keras dipaksakan masuk sebuah benda asing untuk mengganggunya.
Bagi sang kerang, benda asing itu menyebabkan iritasi dan rasa sakit.
Begitu pula musibah yang menimpa manusia, semakin berat musibah yang menimpanya kelak akan menghasilkan mutiara yang semakin besar dan indah pula.
Kesabaran itu pahit untuk dikecap tapi kelak akan membuahkan keindahan yang tak ternilai.”
Pada hakikatnya, semua ketentuan yang ditetapkan allah kepada kita termasuk musibah tidak ada yang buruk, tetapi masalahnya adalah apakah kita mampu dalam menghadapi musibah tersebut.
Orang yang mampu memanfaatkan ketentuan yang di tetapkan allah baginya termasuk musibah, maka ia akan termasuk menjadi orang-orang yang beruntung baik di dunia maupun diakhirat. Begitu pula sebaliknya, hal ini dapat diibaratkan dengan permisalan berikut.
“Apalah artinya pena emas bagi orang yang tidak bisa menulis, atau apalah gunanya buku bermutu di berikan kepada orang yang tidak bisa membaca. Pena emas dan buku bermutu itu niscaya baginya hanyalah merupakan beban saja, karena ia harus menyimpan dan merawatnya.”
Oleh karena itu marilah kita kembali kepada allah dengan rasa ikhlas dan ridho kepadanya. Ucapkanlah kalimat istighfar saat musibah menghampiri dan di anjurkan pula untuk membaca kalimat Istirja’ (Innalillahi wainna illahi roji’un) ketika cobaan atau musibah datang menguji kehidupan kita.
Seorang ahli hikmah berkata, “Allah menginginkan seluruh manusia msuk surga, ia memberi musibah karena kalau musibah itu tidak diberikan kepada manusia maka manusia tidak akan mampu untuk mengambil sebuah pelajaran dalam hidupnya.” Wallahu a’lam. []