SETIAP orang pastinya memiliki cara pandang yang berbeda-beda ketika melihat sebuah titik di atas kertas. Ada yang berpendapat bahwa itu adalah sebuah coretan berupa titik dalam selembar kertas kosong, ada juga yang mengatakan bahwa itu merupakan kesucian yang ternodai. Bahkan mungkin ada juga yang mengatakan bahwa itu adalah diri kita yang suci namun menjadi kotor akibat perilaku yang buruk.
Pendapat-pendapat tersebut itu tidak dikatakan salah juga tidak dikatakan benar. Hanya saja, intinya atau makna yang sesungguhnya yang dapat kita simpulkan dari titik yang berada dalam kertas kosong itu ialah merupakan cerminan seorang manusia.
BACA JUGA:Â Pengangguran dan Malas Bekerja Berarti Melawan Fitrah Manusia
Manusia terlahir secara fitrah, yang berarti suci. Maka, sudah tentu dan pasti semua manusia pada awalnya ialah suci, artinya tidak memiliki kesalahan atau dosa sedikit pun. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, manusia pasti akan menemukan kekhilafan yang menimbulkan kesalahan. Dan itulah yang ditandai dengan sebuah titik pada kertas putih.
Hal yang kini melekat pada diri manusia ialah cara pandang mereka terhadap manusia lainnya. Titik itu menjadi fokus utama dalam memandang manusia lainnya. Hingga kebanyakan manusia, ketika melihat kejelekan orang lain, maka ia akan terus memikirkan kejelekannya saja. Padahal, dapat kita lihat dalam gambar tersebut, titik itu hanya sebagian kecil saja dalam sebuah kertas kosong. Masih ada ruang yang masih bersih, bahkan jumlahnya lebih banyak daripada sebuah titik.
Oleh karena itulah, kita harus bisa mengganti cara pandang kita yang hanya terfokus pada sebuah titik dengan melihat ruang lainnya. Artinya, jangan kita memandang orang lain itu dari segi negatifnya saja. Tapi, lihatlah pula sisi positif yang ada pada dirinya.
Penyakit manusia yang paling berat saat ini ialah membicarakan kejelekan orang lain. Seperti layaknya obat-obatan terlarang, membicarakan orang lain juga dapat mengakibatkan kecanduan. Hingga nantinya akan berakibat sangat fatal. Karena, bila apa yang dibicarakan itu benar adanya maka itu termasuk ghibah. Sedangkan, bila yang dibicarakan itu tidak sesuai dengan kenyataan maka itulah fitnah.
BACA JUGA:Â Emas Itu Fitrah Manusia
Nah, keduanya ini berdampak buruk bagi pelakunya. Baik di dunia, yakni dijauhi oleh orang lain sehingga ia tidak memiliki teman bergaul yang baik selain rekan sejawatnya yang suka membicarakan orang lain pula. Maupun dampak di akhirat, yakni azab yang telah Allah SWT sediakan bagi pelaku yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Naudzubillah.
Maka dari itu, ubahlah sikap atau perilaku kita yang tidak baik menjadi lebih baik lagi. Bergaulah dengan orang-orang yang shalih atau shalihah, yang bisa membantu kita untuk menempuh jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Lebih baik kita diam daripada berbicara yang merugikan diri sendiri. Dan ingat, jangan memandang orang lain pada titik kesalahannya saja. Tapi lihat pula ruang lain yang mencerminkan sisi positifnya. []
Disarikan dari Miftah dan Siswanto, mahasiswa STAI DR. KHEZ Muttaqien Purwakarta